Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Respons Merapi H+1

Purnawan Kristanto's picture

Merapi

Barak Dompol

Begitu Merapi meletus, Tim Tanggap Bencana Departemen Kesaksian dan Pelayanan (DKP) GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah segera melakukan koordinasi. Saya ditugasi memantau wilayah kabupaten Klaten dan Boyolali. Sementara itu untuk wilayah Yogyakarta diserahkan kepada GKI yang ada di Yogya. GKI Gejayan telah membuka posko kemanusiaan di Pakem, tepatnya 1 km di atas barak pengungsi Harjobinangun. Sementara itu Gki Ngupasan langsung membagikan masker. Di wilayah Barat dicakup oleh pdt. Eka Setiawan dan kawan-kawan.

Saya menghubungi Agus Permadi dan Bambang Pudyanto untuk mengajak mereka naik ke lereng Merapi pada esok harinya. Keduanya adalah veteran relawan bencana yang sudah berpengalaman selama 6 bulan di posko kemanusiaan 2006. Tengah malam, berhasil kontak dengan pdt. Krisapndaru dari GKJ Pedan. Beliau menjanjikan relawan.

Pagi-pagi benar, telepon rumah maupun HP tak henti-henti berdering. Banyak jemaat Gki Klaten yang bertanya, “Apa yang bisa saya bantu?” Respon jemaat ini menghangatkan perasaan saya, bahwa ternyata saya tidak sendiri.  Saya kemudian menghubungi majelis jemaat untuk mengeluarkan dana taktis bencana. Dana ini memang sengaja dianggarkan dan kapan saja bisa dikeluarkan tanpa menunggu rapat majelis, jika terjadi bencana. Ini adalah rahasia respons cepat GKI Klaten. Relawannya tahu bahwa mereka tidak akan bergerak dengan tangan kosong dan tidak dihambat oleh birokrasi pengambilan keputusan.

Pengurus DKP pun juga telah mencairkan dana tanggap bencana. Berbekal dana awal yang cukup, maka kami kemudian berbelanja kebutuhan pokok seperti beras, mie kering, kecap, mie instan, air minum kemasan, sabun, susu, biskuit dll. Bantuan barang dari jemaat juga mulai mengalir di gereja jago. Barang pertama yang kami cari adalah masker. Menurut info, pasokan masker di Jogja langka. Kami menghubungi apotik milik jemaat. Ternyata mereka hanya punya sedikit masker. Tanpa dinyana, ketika menghubungi salah satu toko besi, ternyata kami masih punya ribuah masker yang dititipkan di toko itu. Ini sungguh berkah tak terduga.

Pukul 7:30, saya menelepon pdt. Sugeng Prasetyo di GKJ Klaten. Namun ternyata beliau sedang berdoa pagi. Sambil menunggu selesai doa, saya menyiapkan formulir-formulir yang diperlukan. Usai doa, pak Sugeng menelepon. Intinya menyatakan kesediaan untuk bergabung. Pendeta Sutomo dari GKJ Gondang dan pdt. Tri dari GKJ Kebonarum kemudian menyusul bergabung. Mereka kemudian bergerak mengumpulkan bantuan dari GKJ Klasis Klaten Barat dan Klasis Klaten Timur.  Pukul 9, pendeta Phan Bien Ton menelepon. Dia juga ingin bergabung. Jadi ada 5 pendeta + 1 suami pendeta yang bergabung. Dari persekutuan kelompok, ada beberapa ibu-ibu yang juga gabung. Total jendral ada 21 relawan dengan 5 mobil.

Lokasi barak

Pukul 10 pagi, rombongan merayap ke lereng Merapi. Begitu sampai di Jogonalan, tiba-tiba Agus Permadi menelepon panik, “Berhenti dulu! Maskernya dipakai! Maskernya dipakai!”

Rupanya dia menyaksikan guguran lava yang turun deras ke kaki Merapi. Kami pun buru-buru mengenakan masker. Namun itu tidak bertahan lama, karena ternyata tidak nyaman. Selain itu, debu vulkanik juga tidak menyebar ke arah Klaten.

Perhentian pertama adalah di barak pengungsi di Keputran, kecamatan Kemalang Klaten. Di sini sudah ada beberapa tenda pleton yang didirikan namun tidak ada penghuninya. Sementara itu, di posko, beberapa pegawai pemda menerima dan mencatat bantuan. Kami menurunkan peralatan mandi seperti sabun mandi, sikat gigi, pasta gigi, sabun dan colek. Menurut prosedur, semua bantuan yang harus diserahkan di sini, selanjutnya pemerintah kabupaten Klaten yang akan menyalurkan ke barak pengungsi yang lain. Namun kami belum yakin benar dengan kesungguhan kinerja aparat birokrasi ini.

 

Barak Dompol

Maka kami meneruskan perjalanan ke barak yang lebih tinggi lagi yaitu di Dompol. Di barak ini ada 1.823 orang yang mengungsi dengan perincian dari Kendalsari 791 jiwa dan dari desa Tegamulyo 1032  jiwa.

Merapi

Pengungsi di barak Dompol


Saya sangat terkesan dengan ketulusan petugas penerima bantuan di posko ini. Mereka tidak menggunakan aji mumpung. Ketika stok masih ada, mereka mengatakan kalau masih ada. Saat melihat persedian beras yang hanya 30 zak, kami menawarkan bantuan beras. Namun mereka menolak bantuan beras. “Besok kami akan dikirimi beras 1,5 ton. Jadi salurkan saja ke tempat lain,” kata petugas posko. Untuk sekali masak siang, mereka menghabiskan 27 zak beras(@ 15 kg). Untuk makan malam, jumlah beras yang dibutuhkan akan meningkat karena kaum laki-laki akan turun ke posko pada malam hari. Pada siang hari, mereka kembali ke rumah untuk mengurusi ternak dan ladang.

Mereka meminta lauk-lauk yang tahan lama (abon, sardin, mie instan), makanan bayi dan biskuit. Kebutuhan yang lain adalah peralatan sanitasi pribadi seperti handuk, sabun mandi, sikat gigi, pasta gigi, gayung, dan sabun colek. Selain itu juga membutuhkan selimut dan pakaian ganti (pakaian bekas juga oke). Sedangkan untuk kebutuhan pangan, mereka sudah cukup.

Merapi

Pengungsi di barak Dompol

Saat melihat ke dapur umum yang dikelola oleh PMI, mereka meminta bantuan gas LPG tabung 12 kg dan 3 kg. Persediaan obat di posko kesehatan juga memprihatinkan. Obat yang esensial sekalipun sangat minim (kalau tidak bisa dikatakan nihil). Misalnya ibat-obatan P3K seperti perban dan antiseptik tidak tersedia. Obat-obat untuk penyakit umum seperti penurun tekanan darah juga tidak ada. Pendeta Sugeng sudah mendata dan punya rencana akan menghubungi tim Obor Berkat Indonesia.

Di sini kami memberikan minyak goreng (5 jerigen), mie kering (5 bal), telur (5 kotak), mihun (5 bal), kecap (24 botol), obat tetes mata, biskuit, dan susu.

Air bersih tersedia cukup. Pasokan listrik juga aman.Nomor telepon barak pengungsi Dompol (0272) 315 4536.

Merapi

 Relawan isitirahat untuk makan siang

Barak Bawukan

Berikutnya, kami melambung ke arah barat, yaitu di barak Bawukan. Barak di sini sudah dikelola dengan baik. Tim Tagana dari PMI menjadi ujung tombak dapur umum. Pasokan logistik cukup untuk 2 hari. Sama dengan di Dompol, mereka butuh peralatan sanitasi, selimut dan baju ganti.  Di sini kami menurunkan beras 9100 kg), mie instan 5 dos, mie kering 5 bal, minyak goreng 2 jerigen besar, shampo 91 dos), sabun (144 biji), minyak kayuputih 12 botol, Bodrex (12x20), paramex 950 strip), diapet (25 strip), sabun cuci 91 dos). Telur (2 kotak), bolu kue (29 buah), gula pasir (50 kg), biskuit.

Kontak: Alwan Sumardiyato 08122591896

Merapi

 Dapur Umum di barak Bawukan

Boyolali

 

Di mobil masih tersisa banyak logistik. Maka kami memutuskan meluncur ke Cepogo, Boyolali, karena menurut informasi, di sana belum banyak mendapat bantuan. Karena hari sudah terlalu sore, maka kami menurunkan bantuan di Lembaga Kerukunan Umat Beriman (LKUB) di Boyolali. Di sana kami ditemui oleh pdt. Simon.  Beliau bersedia untuk mengerahkan relawan untuk membawa bantuan naik ke lereng barat laut merapi. Ternyata benar, respon pemkab Boyolali kurang memadai. Banyak pengungsi yang belum mendapat bantuan. Termasuk juga warga di Sawangan, Magelang.

Bantuan yang diberikan: Perlengkapan bayi (1 dos), obat tetes mata (5 dos), mie kering kuning (10 bal). merica bubuk (1 kantong), buskuit kelapa (4 dos), Royco (1 kantong), air minum (2 karton), beras (25 zak x 25 kg), mie kering (25 pak), telur ayam (3 kotak), air minum aqua gelas (5 dos), biskuit kering (1 dos), garam (3 plastik), abon (1 dos), bihun kering putih (9 bal), mie instan (41 dos), masako (1 kantong), obat nyamuk 1 kantong, masker (6000 lembar), dan terpal.

Merapi

Menurunkan logistik di LKUB Boyolali

****

Dari survei lapangan hari ini dapat disimpulkan bahwa pasokan bahan pangan sudah memadai. Yang dibutuhkan oleh para pengungsi adalah kebutuhan sanitasi pribadi (sabun, handuk, pasta gigi, sikat gigi), selimut, dan baju ganti. Sedangkan untuk dapur umum, yang dibutuhkan adalah lauk-pauk kering tahan lama dan pasokan LPG.

Saat ini kami sedang mengusahakan MCK mobile yang dapat ditempatkan di barak-barak pengungsi. Kebutuhan ini sudah mulai muncul mengingat bau sangat pesing yang mulai tercium di barak Dompol. Ini menunjukkan bahwa mereka kekurangan fasiltas MCK.

Kesehatan pengungsi juga perlu mendapat perhatian serius. Selain kesehatan raga, jika pengungsi akan bermukim di barak untuk waktu lama, maka dibutuhkan sarana pelepas katup ketegangan. Misalnya dengan memutar film, memberikan aktivitas, atau mengadakan pertunjukan rakyat.

 

Demikian laporan kami, tim survei lapangan yang terdiri dari komponen DKP SW Jateng, GKI Klaten, GKJ Klaten, GKJ Kebonarum, GKJ Pedan dan GKJ Gondang.

 

Untuk foto-foto hari ini dapat dilihat di sini: http://s233.photobucket.com/albums/ee291/purnawankristanto/Tanggap%20Bancana/

 

Merapi
LKUB

Merapi

__________________

------------

Communicating good news in good ways

dennis santoso a.k.a nis's picture

mantap

mantap

joli's picture

bocorkan rahasia..

Terima kasih untuk artikel-nya Wan..

Ada rahasia GKI Klaten yang akan ku bocor-kan ke majelis gereja-ku ya.. (baik diijinkan atau tidak tetap akan ku bocorkan)

Purnawan : Saya kemudian menghubungi majelis jemaat untuk mengeluarkan dana taktis bencana. Dana ini memang sengaja dianggarkan dan kapan saja bisa dikeluarkan tanpa menunggu rapat majelis, jika terjadi bencana. Ini adalah rahasia respons cepat GKI Klaten. Relawannya tahu bahwa mereka tidak akan bergerak dengan tangan kosong dan tidak dihambat oleh birokrasi pengambilan keputusan.

Nampak-nya hal makanan dan keperluan sehari-hari sudah cukup dan tanggapan masyarakat bagus sekali ya Wan??.
Soo, bila bantuan untuk infrastruktur sudah akan dimulai, kasih tahu ya, akan ku-jawil-jawil-kan yang lainnya
..

Purnawan Kristanto's picture

@ Joli

Iya. Karena bencana ini tidak terjadi tiba-tiba, pemerintah sudah siap. Mereka telah memasok barak-barak dengan berbagai perangkat dan logistik secara memadai. pegawai-pegawai bidang Kesbanglimas mengurusi posko secara bergiliran.
Selama masa euforia bencana ini, bantuan jg akan banyak mengalir. Walau kadang lebih banyak pengantarnya daripada bantuannya. Kemarin saya lihat ada satu mobil penuh datang ke barak pengungsian. Namun penuh wisatawan bencana. Yang diantar cuma lima dos Aqua gelas dan beberapa lembar selimut. Para selebritas bencana juga akan datang.
Namun setelah itu, seiring menyurutnya sorotan media, maka para penyintas akan mulai kesepian. Saat itulah bantuan kemanusiaan dibutuhkan. Itu sebabnya, sekarang kami akan menahan sebentar bantuan untuk memberi kesempatan para penggembira ini memberikan bantuan. Barulah setelah itu kami bergerak kembali. Disebut "pahlawan kesiangan" yo ben. Sing penting efektif.
Untuk kebutuhan non-logistik, yang paling dibutuhkan sekarang sebenarnya adalah sarana sanitasi. Para pengungsi itu menginap di gedung SD yang tidak memiliki cukup MCK (bayangkan juga MCK SD itu seperti apa). Dalam seminggu, jika tidak ada MCK yang cukup, maka akan timbul penyakit baru dan membuat stress penyintas.
Kami semula akan menyewa MCK mobile, tapi ternyata sudah dipakai semua, Lalu terbersit untuk membuat MCK darurat, namun terkendala oleh birokrasi. Apakah pengelola SD memperbolehkan dibangun MCK darurat di situ. Selain itu, masa tinggal para pengungsi juga tidak menentu. Bisa saja, setelah 3 hari di barak, mereka akan pulang ke rumah karena Merapi sudah aman. Nah, kalau sudah terlanjur dibikin MCK darurat, lalu para pengungsi itu bubar jalan, akhirnya jadi mubazir. Jadi serba salah memang. Tapi mestinya untuk seperti ini sudah dipikirkan oleh pemerintah. Mereka kan digaji untuk itu.

__________________

------------

Communicating good news in good ways

bennylin's picture

Iya setuju cik Joli, itu

Iya setuju cik Joli, itu "rahasia" yang harus dibocorkan ke mana-mana.

vicksion's picture

Gereja yg berfungsi bgt.

Menurut gw, ini lah gereja yg dinginkan Tuhan untuk ada didunia. Berdampak .

Gak hanya urus hal2 rohani doang dan perkara2 yg ada diawan2, tp mendarat sampe tanah dan ke kehidupan Masyarakat.

 Apalagi yg dibantu malah ada mereka yg bukan seiman. Luar biasa,

 

Purnawan Kristanto's picture

Ayo, sama-sama belajar

Ayo, sama-sama belajar menjadi gereja yang berdampak!

__________________

------------

Communicating good news in good ways

napitupulu's picture

mantaqp

tapi masih kurang

Purnawan Kristanto's picture

Yap. Masih kurang banyaaak

Yap. Masih kurang banyaaak

__________________

------------

Communicating good news in good ways

pinokio's picture

baru usul ke gereja

saat letusan merapi pertama, adikku cowok yang gemar pramuka mengirimiku sms. "ko, gereja meh nyumbang nggo merapi pora?" (koh, gereja mau menyumbang buat merapi tidak?).

sms yg sepele, namun menyadarkanku bahwa gereja kadang cuma tidur saat ada bencana. sibuk saat KKR..hehehe.

dan saat itu aku sms full timer gereja untuk menanyakan apakah gereja akan terjun langsung ke merapi. semoga paling lama 2 hari kedepan anggota gereja kami bisa ikut membantu.

setidaknya sms adikku membuka cakrawala yang baru mengenai kehidupan rohani yang berdampak.

dan aku pribadi salut dan bangga buat adikku yang masih duduk dibangku SMA, sampai hari ini dia setia menjadi relawan usai pulang sekolah. 

__________________

Setiap manusia dihakimi oleh perkataannya sendiri

smile's picture

konsistensi dibawa mati

sumbangan untuk merapi sudah ditangani oleh banyak daerah senusantara,..Puji (T)uhan,...
ngomong ngomong,...ada yang fenomenal dari peristiwa tersebut,..yang 'katanya'............jasad mbah marijan yang diketemukan dalam keadaan bersujud, dan ketika diangkat jenasah nya mengeluarkan bau yang wangi.....ternyata "wedus gembel" tidak merubah posisi bersujudnya,....
 
Subhanallah,......
 
Menjaga merapi sampai akhir hayat.....konsistensinya dibawa mati.
 
Sampai Sri Sultan pun mengatakan bukan maksudnya menjaga merapi seperti itu,...ya itulah sosok mbah Marijan....sebuah sosok sederhana yang bijaksana,.....itu juga katanya.....menurut berita yang baru saja saya dengar....
 
Semoga yang bertugas disana,..dan yang terkena musibah,...bisa senantiaa mendapat ampunan dan kemurahan (T)uhan....
 
salam
__________________

"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"