Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Pemulihan Trauma Berbasis Masyarakat

Purnawan Kristanto's picture

BubuDi sebuah hutan, tiba-tiba terjadi kebakaran besar. Para binatang kebingungan apa yang harus dilakukan. Lalu tiba-tiba burung kolobri berkelebat terbang menuju sungai. Dia mengambil setetes air dengan paruhnya untuk memadamkan api.

 

Hewan lain yang bertubuh besar heran melihatnya. "Apa yang kamu lakukan? Tubuhmu terlalu kecil untuk memadamkan api yang besar ini?" tanya mereka.

"Badan saya memang kecil, tapi saya telah melakukan bagian saya semampu saya," jawab burung kolibri.

Mungkin kita merasa seperti burung kolobri ini yang kecil dan dipandang remeh. Tapi setidaknya kita bisa berbuat sesuatu semampu kita untuk menciptakan perdamaian.

Video klip ini diputar oleh Mr. Babu Ayindo pada pembukaan pelatihan peace building minggu ke-3 di  Mindanao Peacebuilding Institute. Babu adalah salah satu fasilitator dalam pelatihan ini. Saya mengambil topik pemulihan trauma berbasis masyarakat. Fasilitatornya adalah Al Fuertes, seorang doktor di bidang analisis dan resolusi konflik di Universitas George Mason, Amerika. Al, demikian panggilannya, punya pengalaman yang luas di bidang pemulihan trauma berbasis masyarakat. Dia pernah terlibat dalam pemulihan trauma yang dialami oleh suku Karen di Myanmar dan korban Tsunami di Aceh.

Saya memilih topik ini karena sebagai relawan tanggap bencana, kami menemukan penyintas yang mengalami trauma.

***

 

Manusia tidak mungkin steril dari konflik. Konflik tersebut dapat menimbulkan trauma. Trauma yang dibiarkan berlarut-larut dapat menimbulkan konflik baru. Konflik ini menciptakan trauma lagi. Demikianlah tercipta lingkaran setan yang tak berujung pangkal. Untuk itu upaya pemulihan trauma merupakan langkah yang penting untuk memutus lingkaran setan ini. Bencana alam juga dapat menimbulkan trauma. Trauma ini dapat menjadi penyebab timbulnya konflik. Konflik menimbulkan trauma.

Selain menjadi lingkaran setan, trauma juga dapat diwariskan ke generasi berikutnya. Sebagai contoh adalah tawuran antar SMA yang berlangsung bertahun-tahun. Seringkali murid-murid itu tidak tahu alasan mengapa mereka tawuran. Yang mereka tahu, kakak angkatan mereka telah melakukan itu. Ini adalah trauma trans-generasi.

Sama seperti pelatihan lainnya, pelatihan ini diawali dengan perkenalan antar partisipan. Memang ada yang sudah saling mengenal karena kami sudah dua minggu berinteraksi di Brokenshire Resort ini. Namun ada juga partisipan baru. Kebanyakan berasal dari Amerika. Tampaknya mereka adalah mahasiswa yang diajak oleh Al.

Kenalan

Perkenalan

 

Cara perkenalannya begini: Partisipan dibagi menjadi dua kelompok dengan jumlah yang sama. Kelompok pertama berdiri membentuk lingkaran menghadap keluar. Kelompok kedua berdiri melingkar mengelilingi kelompok pertama. Mereka menghadap ke dalam. Dengan demikian kelompok pertama dan kelompok berdua saling bertatap muka.

Permainan dimulai saat Al membacakan satu pertanyaan. Partisipan menyampaikan jawabannya pada partisipan lain yang ada di depannya. Setelah itu partisipan kelompok pertama bergeser ke kanan satu langkah. Dengan demikian mereka bersua dengan partisipan yang berbeda. Al mengajukan pertanyaan lagi. Partisipan saling berkomunikasi lagi. Kali ini giliran kelompok kedua yang bergeser ke kanan satu langkah. Al memberi pertanyaan lagi. Demikian seterusnya sehingga partisipan bertemu kembali dengan partisipan yang awal.

Setelah itu Al mengajak partisipan mendiskusikan arti "pemulihan trauma berbasis masyarakat." Apa bedanya dengan trauma klinis? Di dalam trauma klinis, terapis hanya melihat gejala yang terlihat secara fisik, kemudian memberikan obat untuk menghilangkan gejala tersebut. Misalnya, jika sang penyintas kesulitan tidur karena merasa gelisah, maka terapi yang diberikan adalah obat penenang atau obat tidur. Penyebab dari perasaan gelisah tersebut tidak disentuh.

Sedangkan dalam pemulihan trauma berbasis masyarakat, penyintas diajak bersama-sama untuk menelisik akar dari penyebab trauma. Mengapa "berbasis masyarakat"? Mengapa tidak "berbasis individu" saja? Dalam konflik yang berdampak luas, jumlah penyintas yang mengalami trauma sering berjumlah banyak. Aktivis perdamaian tidak punya cukup sumberdaya untuk melayani seorang demi seorang. Ciri-ciri pemulihan trauma berbasis masyarakat adalah:

 


  1. Kontekstual

  2. Dari dan oleh masyarakat

  3. Akar rumput

  4. Lestari atau berkelanjutan

  5. Berdasarkan kebutuhan masyarakat

  6. Dilakukan oleh masyarakat

 

 

Fasilitator

Secara umum ada tiga jenis trauma. Pertama, trauma yang disebabkan oleh manusia (human-made). Contohnya:  perkelahian, pemerkosaan,  terorisme, penculikan, korupsi, bullying, demonstrasi, kekerasan rumahtangga, dll. Di dalam trauma ini setidaknya melibatkan dua orang. Orang yang satu menjadi korban, dan orang yang lain menjadi pelaku.

Kedua, trauma yang disebabkan oleh alam (nature-caused). Ada bencana yang murni dari peristiwa alam seperti gempa bumi, tsunami, atau gunung meletus. Tapi ada juga bencana alam yang merupakan akibat dari aktivitas manusia. Misalnya banjir, tanah longsor atau tornado. Korban yang trauma biasanya akan menyalahkan Tuhan atau pemerintah.

Ketiga, trauma akibat penyakit (Illness-caused). Misalnya, HIV, Cancer, TBC, Malaria dll. Yang mengalami trauma tidak hanya pasien yang terjangkit pasien, tetapi juga keluarga pasien tersebut.

Selanjutnya Al ingin menggambarkan situasi yang dihadapi oleh aktivis perdamaian ketika bekerja di bidang pemulihan trauma. Dia menempelkan kertas plano pada dinding. Pada bagian kiri dia menulis KORBAN dan pada bagian kanan dia menulis PELAKU. Al mengajak partisipan untuk menyelami perasaan KORBAN yang traumatik. "Apa yang dirasakan oleh korban?" tanya Al. Partisipan menjawab bersahut-sahutan, lalu Al menuliskannya pada bagian korban: malu, tak berdaya, mati rasa, marah, dendam, terasing, putus asa, rendah diri, tidak merasa jadi manusia lagi, menyalahkan diri sendiri, ingin, bunuh diri.

Setelah itu Al mengajak partisipan untuk membayangkan diri sebagai pelaku. "Kira-kira apa yang dirasakan oleh pelaku saat ini?" tanya Al. Kembali partisipan memberikan jawaban yang ditulis Al pada bagian kanan: berkuasa, lebih saleh, puas, bersalah, marah, jengkel, menyesal, dll.

Dalam situasi konflik dan traumatik, mustahil untuk langsung mempertemukan dua pihak yang saling bersengketa. Setiap pihak harus menyadari kondisi dirinya lebih dulu. Kalau memaksakan kehendak maka akan merusak keduanya. Aktivias perdamaian hendanya tidak buru-buru memaksa kedua pihak untuk segera bertemu. Ada banyak lapisan yang harus dikupas.

Definisi

Definisi Trauma dan Healing

Pelatihan hari pertama diakhiri dengan membuat definisi tentang trauma dan healing. Setelah itu partisipan melakukan refleksi dengan bantuan 3 buah lilin yang bertuliskan "Faith", "Believe", "Hope." Partisipan melakukan perenungan tentang keyakinan dan harapan mereka tentang trauma healing.

........................................

Klip tentang Hummingbird

Baca juga:

 

 

__________________

------------

Communicating good news in good ways

Purnawan Kristanto's picture

Termakasih pada mas Daniel

Termakasih pada mas Daniel yang setia menyumbang jempol 

__________________

------------

Communicating good news in good ways

Daniel's picture

Terima kasih kembali

Terima kasih kembali (dan lebih lagi) pada mas Wawan yang telah membagikan kisah-kisah yang sangat menarik dan inspiratif.

Salam Damai!