Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Pengalaman Pahit yang didapat dari Bermain Game

Dedy Yanuar's picture

Game dapat menghasilkan kebaikan ataupun keburukan pada diri kita. Tergantung kita mengunakan game itu untuk apa? Saat ini saya mau berbagi pengalaman bermain game, dengan saudara-saudaraku dalam Yesus Kristus.

Saya mempunyai pengalaman yang sangat pahit karena main game di warnet. Saya mengenal warnet sekitar kelas 2 SMP, pada saat itu CS (Counter Strike) lagi ngetop-ngetopnya. Lalu saya menjadi pemain game aktif sejak kelas 3 SMP sampai kelas 3 SMA semester 1 akhir.

Ketika saya naik kelas 3 SMA saya menderita sakit yang aneh, walaupun tahu pada akhirnya bahwa penyakit itu adalah osteoporosis, dan rematik, kata dokter. Aku sebut aneh, karena waktu itu aku baru berumur kurang lebih 18 tahun. Sebenarnya penyakit itu sudah ada sejak lama. Tetapi sembuh, sakit, sembuh lagi, sakit lagi, dan seterusnya.

Inilah pengalaman pahit saya. Yang membuat saya sangat kecewa adalah ketika saya mulai sakit, dan sudah lama tidak sekolah. Hampir semua orang yang dulunya suka ngumpul bareng, main di warnet bersama, bahkan yang menyebut saya adalah sahabat dia, semua orang itulah yang membuat saya kecewa berat, sampai saya mau bunuh diri. Sayangnya saya bukan orang Kristen, yang benar-benar Kristen saat itu. Jadi hal seperti bunuh diri itu sempat saya pikirkan.

Kembali lagi, saya sangat susah sekali memaafkan teman-teman saya itu, apalagi yang menyebut saya adalah sahabat dia. Puji Tuhan! Aku sudah memaafkan teman-temanku itu.

Aku dapat mengampuni teman-temanku, karena Yesus. Yesus memberi aku 2 sahabat yang sangat baik padaku. Sahabat-sahabatku itu, aku kenal pada saat aku duduk di kelas 2 SMA. Nama sahabatku Slamet dan Harry. Padahal waktu aku masih sekolah, aku hanya menganggap Harry dan Slamet hanya teman biasa. Sahabat-sahabatku itu adalah salah satu alat yang dipakai Tuhan untuk membuatku bertobat. Alat yang lain adalah buku agenda 2006. dan masih ada lagi hal lain yang membuatku bertobat.

Sekitar satu tahun setelah bertobat, aku mempunyai banyak sahabat. Dan makin hari, makin aku mengenal Tuhan. Tuhan memberiku banyak sahabat, baik itu laki-laki maupun perempuan. Sahabat-sahabatku yang sekarang, sangat jauh lebih baik dari pada teman-temanku waktu aku suka main di warnet.

O iya, aku tidak melarang seorangpun main game di warnet, ataupun ditempat lain, baik online maupun offline. Aku membuat tulisan ini supaya para gamer Kristen tidak melupakan Tuhan. Sebab ketika aku mulai melupakan Tuhan. Aku terkena pengalaman yang sangat pahit ini. Aku berharap tidak ada lagi orang yang melupakan Tuhan, karena bermain game.

Efesus 5:18 Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh,

 

Selamat Bermain

 

 

garamdunia's picture

Gila Game

Dikutip dari Dedy:

"Saya mengenal warnet sekitar kelas 2 SMP, pada saat itu CS (Counter Strike) lagi ngetop-ngetopnya. Lalu saya menjadi pemain game aktif sejak kelas 3 SMP sampai kelas 3 SMA semester 1 akhir"

Waduh, saya kira saya cukup parah ketika saya keranjingan bermain Halo dari Xbox (dari jam 8 malam sampai 3 pagi), eh, ternyata ada yang lebih parah Wink

Memang betul, terkadang kita punya motivasi dan waktu untuk bermain (entah CS, atau kegiatan lainnya), tapi seringkali ketika ditanya "Sudah saat teduh/baca Alkitab belum?", jawabnya "Mana sempat!!!"

 

Indonesia-saram's picture

Sepuluh Jam

Wah, kalau saya malah pernah sampai sepuluh jam nonstop. Waktu masa-masa kuliah dulu, tepatnya ketika libur semester, pernah dari pagi nongkrong di rental hanya untuk menyelesaikan kompetisi FIFA 2005 dari pagi hingga malam.

Saya bersyukur juga, ketika akhirnya pindah dari kota kelahiran saya itu, saya tidak menemukan seri permainan tersebut. Kalau tidak, mungkin saya akan kecanduan lagi.

"Karena bahasa Indonesia dahulunya adalah lingua franca"

__________________

_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.