Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Pentingnya Membuat Outline

Purnawan Kristanto's picture

Salah satu kiat yang saya praktikkan ketika menulis fiksi yang akhirnya menang lomba adalah membuat outline atau kerangka karangan. Kiat ini saya praktikkan (kembali), setelah saya "tertempelak" oleh wejangan pak Benni Matindas. Sebagai penulis, saya seringkali meremehkan pentingnya membuat outline sebelum menulis. Saya menganggapnya hal ini sebagai cara anak SMP saja yang kesulitan membuat karangan. Nah, suatu kali pak Benni (pengasuh rubrik Altar di BAHANA) datang ke kantor pusat BAHANA di Jakarta. Maka kami memakai kesempatan itu untuk menghisap ilmu kepenulisan dari pak Benni. Eh, yang dia tularkan "hanya" ilmu penulisan yang sangat mendasar, yaitu pentingnya merumuskan outline. Tapi dari uraian pak Benni ini saya mendapatkan penyerahan. Pak Benni mengawali wejangannya dengan sebuah pernyataan bahwa seorang editor yang baik sebaiknya adalah seorang penulis baik (dia mengatakan begini karena dalam pertemuan itu juga diikuti oleh editor dari divisi penerbitan buku rohani Yayasan Andi). Dengan menjadi penulis yang baik, maka editor itu bisa membina penulis yang bukunya sedang dia edit. Menurut aliran pemikiran Eropa, seorang penulis itu dilahirkan. Artinya dia memang punya bakat seperti itu sejak lahir. Orang seperti Goenawan Mohammad atau Pramudya Ananta Toer, termasuk orang yang gifted ini. Sedangkan aliran Amerika berpendapat bahwa penulisan itu bisa diajarkan. Lalu dimana titik temu dua aliran ini? Pak Benni berpendapat bahwa seorang penulis bisa diciptakan, asalkan dia dilatih dengan teori penulisan yang mendasar. nah, salah satu teknik dasar kepenulisan adalah membuat outline. Sayangnya selama ini ada kebanggan yang keliru. Para penulis justru bangganya setengah mati jika mampu menghasilkan tulisan tanpa membuat outline. Menurut pak Benni, menulis tanpa outline tidak bisa dijadikan kebanggan, tetapi malapetaka! "Yang sudah terlanjur demikian, bertobatlah," seloroh pak Benni. (Juga para pendeta yang berkhotbah tanpa outline. Kalau yang ini dari saya-Wawan) Apa sih manfaat outline? Menurut pak Benni, outline akan membuat tulisan: 1. Menjadi lebih indah. 2. Menjadi sempurna dalam hal penyampaian ide. 3. Lebih efektif mempengaruhi komunikan/pembaca. Selain itu juga membuat penulis lebih produktif.  Kreativitas VS Produktivitas Selama ini ada dikotomi antara kretivitas dan produktivitas. Ada anggapan bahwa orang yang kreatif itu cenderung tikdak produktif, karena dia berhaeap banyak pada kedatangan sang ilham.  Di sisi lain, orang yang produktif menulis, seringkali dianggap sebagai karya yang tidak kreatif.  Lebih kasar lagi, orang yang produktif sering dicap hanya sebagai "tukang" yang mengerjakan sesuatu berdasarkan pesanan.Lalu bagaimana kita bisa menulis kreatif, tetapi juga produktif? Bagaimana caranya pekerjan menulis kreatif ini bisa dijalani sebagai sebuah rutinitas? Pertanyaan ini penting bagi para penulis yang pekerjaan sehari-harinya memang harus menulis, seperti pekerjaan jurnalis.  Setiap hari, mereka dibebani oleh target atau dikejar oleh target. Inilah persoalannya, bagaimana kita bisa menghasilkan karya kreatif tanpa terjebak oleh pola kerutinan? Itulaj pertanyaan besarnya.  Kembali lagi pak Benni menawarkan perumusan outline sebagai solusinya.  Dengan membuat outline, pekerjaan menulis itu sedah seperti kerajinan tangan (handy craft).  Maksudnya bagaimana, dengan outline ini, jika kita meninggalkan tulisan itu beberapa saat, manakala kita kembali untuk melanjutkan penulisa, kita tidak terlalu lama bengong menunggu sang ilham karena 'what next thing to write' sudah digariskan dalam outline.  Kita tinggal merujuk pada outline, maka pekerjaan menulis itu bisa dilanjutkan kembali. Dengan jujur, saya mengakui kiat ini sangat bermanfaat ketika menulis fiksi ini.  Saya menuliskan naskah ini dalam waktu 1,5 bulan, pada malam hari.  Setiap kali duduk di depan layar lap top, saya tidak perlu ngelamun terlalu lama karena saya sudah punya pedoman jalan cerita yang jelas. * Tulisan Lebih IndahTulisan sebenarnya lebih berhubungan dengan logika (mentransfer kebenaran).  Tapi masih ada syarat lain untuk kriteria tulisan yang baik, yaitu ada keindahannya.  Sebuah tulisan menjadi indah karena ada irama.  Semantara itu, irama akan tercapai melalui perasaan.  Muatan parasaan membuat sebuah kata menggapai sebuah irama.  Ini ada kaitannya dengan diksi atau pilihan kata.  Pilihan kata bisa menjadi pas apabila kita menngunakan outline. Berikut skemanya: Muatan perasaanà iramaà  keindahanà memukauàmempengaruhi pembaca. * Tulisan Lebih SempurnaPernahkah Anda telah menyelesaikan tulisan, tetapi ada data yang tercecer.  Hal ini lazim terjadi pada penulisan yang mengabaikan outline.  Kerangka tulisan bisa menciptakan struktur tulisan yang lengkap dan paparan data yang lengkap.  Outline juga membuat tulisan menjadi terfokus (tidak ndlewer kemana-mana). * Tulisan Lebih EfektifTulisan yang efektif adalah tulisan yang berdampak pada pembacanya.  Hal ini tercapai jika dalam tulisan itu ada kejelasan (clarity) dan karena ada unsur emosi di dalamnya.  Semuanya itu bisa tercapai dengan penulisan yang terrencana. Nah sekian dulu sharing pengetahuan yang saya dapat dari pak Benni Matindas.  Semoga mengingatkan kita kembali tentang ilmu yang sebenarnya sduah kita peroleh sejak SD. Thanks untuk pak Benny.

__________________

------------

Communicating good news in good ways