Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Perubahan Akal Budi

widdiy's picture

Roma 12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

Dalam renungan yang terdahulu, telah diuraikan bahwa sebagai seorang yang percaya Kristus, kita adalah ciptaan baru. Namun demikian, pada kenyataannya manusia baru ini masih berjuang melawan manusia lama, roh melawan daging. Bagaimana caranya supaya "manusia baru" menang dalam pergumulannya melawan "manusia lama"?

Kuncinya ada pada pikiran atau akal budi. Pikiran seperti tombol pengubah channel pada pesawat televisi. Atau seperti saklar pemindah arah sumber aliran listrik, dari PLN atau dari genset. Pikiran bisa diarahkan dan menerima aliran kuasa dari Surga, bisa pula diarahkan dan menerima kuasa dari neraka. Jika pikiran diarahkan kepada "daging" maka mengalirlah kuasa dari neraka yang menimbulkan kegelapan, kekacauan dan kebinasaan. Jika pikiran diarahkan kepada "Roh", maka mengalirlah kuasa dari Surga yang menimbulkan kebijaksanaan, damai sejahtera dan kehidupan. Pilihannya ada pada diri kita masing-masing.

Filipi 4:8 Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.

Untuk dapat melakukan hal tersebut, sebaiknya kita mengadakan saat teduh setiap hari, berdoa, membaca Alkitab dan mengikuti kegiatan-kegiatan berjemaat dengan tekun. Di samping itu, hindarilah kegiatan duniawi yang cemar, yang bisa merusak jiwa (misalnya pornografi, acara-acara TV yang penuh kekerasan, mistik, gosip-gosip murahan yang dikemas dalam acara "infotainment" dan lain-lain). Apa yang kita dengar dan kita lihat akan masuk ke dalam pikiran dan mempengaruhinya.

Dalam Matius 26:41, Tuhan Yesus mengatakan : "roh memang penurut, tetapi daging lemah". Rasul Paulus mengatakan pula dalam Roma 8:7 Sebab keinginan daging adalah perseteruan dengan Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. Jadi "daging" memang tidak mungkin menuruti hukum-hukum Allah. Babi selalu berkubang dalam lumpur, karena memang sifat dasarnya seperti itu. Babi tidak akan membersihkan diri dengan menjilati tubuhnya seperti yang dilakukan kucing, karena memang babi tidak mempunyai sifat dasar kucing. Daging (tubuh jasmani) telah rusak sifat dasarnya oleh karena dosa. Maka tubuh jasmani selalu menolak hukum-hukum Allah. Tubuh jasmani selalu ingin memuaskan kesenangannya sendiri.

Lalu bagaimana? Apakah kita akan membiarkan diri terus menerus kalah melawan keinginan daging? Sementara ada tertulis dalam Roma 8:8 Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah. Kita harus mengambil keputusan mengenai kebiasaan mental dan gaya hidup kita. Harus kita putuskan setiap hari, apakah kita akan memusatkan pikiran pada Tuhan atau pada diri sendiri. Pada nafsu-nafsu jasmaniah atau pada janji-janji Tuhan.