Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Tak Ingin Berprasangka

sarlen's picture

Tak Ingin Berprasangka
By  : Sarlen Julfree

Ketika aku ingin membuka lembaran baru,
Aku tahu apa yang harus aku lakukan...
Aku tak mencoba 'tuk memaksa orang lain,
Agar melihat dan memandang aku,
Seperti adanya aku...

Kehadiranku,
Selalu kunyatakan,
Seperti jelas yang kuinginkan...
Seperti lancar kutuliskan...
Seperti ramah kukatakan...
Apa adanya...

Apa yang kuberikan adalah ketulusan
Apa yang kutaruh, ada dasar dari nurani
Dan apa yang terucap, bukan buah kepalsuan...

Ada hawa baru yang kubawa,
Ada kasih yang kutebar,
Ada harap 'tuk perbaiki asa,
Ada kebahagiaan yang ingin engkau peroleh...

Ketika orang lain memberi sejuta alasan,
Aku hanya tersenyum
Karena ketika aku harus katakan : :hentikan...!"
Aku berharap mereka tahu,
Tak ada lagi satu alasan, untuk membual...

Aku memang memiliki besar harap,
Kepada mereka, atau salah satu dari mereka
Untuk selalu membuka mata dan hati,
Sekejap demi sekejap,
Melihat dan memperhatikan
Tak hanya memandang satu sisi ego saja
Bahwa inilah perbedaan dalam alur seutuhnya...

Aku memang bukan yang terbaik,
Tapi aku tahu bagaimana cara memberi yang terbaik...
Karena hanya yang terbaik,
Layak mendapatkan yang terbaik...

Aku tak ingin menjadi badai bagi kehidupan orang lain
Aku tak ingin membuat nafas memburu diantara amarah,
Aku tak ingin menjadi batu sandungan bagi mereka...
Meskipun ada makna mengetuk hati didalamnya...

Mungkin, sangatlah mungkin...

Sekarang,
Aku ingin orang lain benar-benar tahu,
Sungguh tiada yang mudah,
Bila kita tak tahu,
Sebaris alur tindakan yang akan kita perbuat, kemudian...
Menghadirkan satu pilihan agar kita memilih

Aku hanya akan berkata : "Tunggu, berikan waktu 'tuk merenung..."

Ketika orang lain berkata sejuta larung padaku,
AKu tahu,
Ada batu yang dilemparkan padaku...
Tapi aku bukan kayu...
Aku juga bukan manusia batu...
Namun jelas ingin kukatakan :
"Tolong, perhatikan langkahmu,
Karena mungkin saja,
Ada batu yang 'kan menyandung di jalan,
Yaitu batu yang sama,
Yang telah kamu lemparkan padaku..."

Aku begitu,
Karena aku ingin mengambil satu aral yang tepat,
Dengan kata yang tepat,
Kesimpulan yang tepat,
Dan menatap jauh ke dalam mata,
Dengan tepat...

Jangan pernah menilai ketika engkau menimbang,
Namun menimbanglah ketika engkau akan menilai...

Kualitas diri memang dapat diasah,
Namun kualitas hati, siapa yang tahu...

Lubuk hati memang yang paling jujur,
Karena tanpa hati, tak bisa engkau jujur...
Hingga apa yang diperbuat menjadi beban,
Bahkan bisa juga melibatkan yang lain...

Nah,
Sekarang engkau sudah tahu
Kalau aku, hanya ingin menyambut fajar,
Melalui keindahan temaram malam,
Dalam sebuah penantian...
Menunggu... menanti... berharap yang terbaik...
Agar ketika aku harus larung dalam badai,
Aku tahu harus berbuat apa serta berkata apa...

Jaga mulut...
Jaga hati...
Jaga rasa...
Untuk cinta dari hati...
Mengungkap nada-nada kasih...

Jakarta, 6 Juli 2008