Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Teman pertanggungjawaban

Sri Libe Suryapusoro's picture

Ketika ada di sebuah pulau yang cukup sepi, saya banyak memikirkan hal ini. Teman dimana saya bertanggung jawab. Ini bukan tentang bos saya dimana saya haruss bertanggung jawab. Memang saya harus memberikan pertanggungjawaban dari setiap hal yang saya lakukan dan setiap rupiah yang saya gunakan. Saya pikir sebatas itu. Saya tidak memberikan pertanggungjawaban atas apa saja yang saya lakukan di waktu luang. Atau bagaimana saya menggunakan uang pribadi saya. Bukankah tidak mungkin saya memberikan laporan keuangan pribadi saya ke bos saya? Tetapi saya sangat menyadari bahwa saya memerlukan teman dimana saya mempertanggungjawabkan hidup saya. Saya pun mulai memikirkan, siapakah orang tersebut? Tentu yang saya maksud selain Tuhan, karena sudah jelas saya harus mempertanggung jawabkan ke Tuhan. Saya memerlukan orang yang bisa menegur saya, memperingatkan saya jika saya mulai salah, dan mendukung saya jika memang saya benar. Saya memerlukan kacamata yang berbeda dengan kaca mata saya, yang bisa melihat apa yang tidak bisa saya lihat dan merasakan apa yang tidak saya rasakan. Disaat saya tidak peka terhadap suara Tuhan, suara manusia itu akan datang menegur saya. Disaat saya mulai egois, hanya memikirkan diri sendiri maka teman pertanggungjawaban tersebut akan memperingatkan saya. Saya pun mulai menentukan syarat teman dimana saya memberikan pertanggungjawaban dan dalam bidang apa saja yang akan saya berikan pertanggungjawaban. Yang pertama, dia harus mengasihi saya. Karena saya menyadari, jika tidak ada kasih maka kecenderungan yang terjadi adalah perusakan. Saya dirusak oleh orang tersebut atau saya dimanfaatkan utuk kepentingannya dia. Jika tidak ada kasih, dia bisa saja membiarkan saya bersalah dan bersorak ketika saya jatuh. Jadi kasih itu yang terutama. Yang kedua, dia harus orang yang percaya. Yang saya maksud bukan saja dia pergi ke gereja dan mengatakan hal-hal rohani. Tetapi dia memahami Firman Tuhan dan melakukannya. Ini sangat penting karena saya harus memastikan dia tidak merekomendasikan saya untuk melakukan hhal yang tidak benar. Yang ketiga, dia mengetahui tentang hal-hal yang saya kerjakan. Walaupun dia bukan ahlinya tetapi paling tidak dia bisa membayangkan ketika saya menceritakan tentang apa yang saya lakukan. Lalu saya pun menyadari bahwa selama ini istri saya sudah menjadi teman pertanggungjawaban. Saya selalu menginformasikan tentang penggunakan uang, baik buat parkir, beli makanan, minuman dan lain-lain. Ini bukan siapa mengawasi siapa, tetapi dari penggunaan uang, istri saya memahami apa yang menjadi penting buat saya dan apa yang sedang saya kerjakan. Ini menjadi sangat penting supaya dia bisa mendukung saya atau menegur saya jika saya tidak melakukan sesuatu. Juga tidak mungkin buat saya untuk mencoba-coba selingkuh jika saya laporkan semua penggunaan uang yang ada pada saya. Ini ini ternyata masih kurang karena dia sangat mencintai saya sehingga terkadang dia biarkan saya menyenangkan diri saya tetapi tidka melakukan hal yang harus saya lakukan. Dia terlalu sayang ke saya sehingga untuk beberapa kasus dia tidak menegur saya. Saya pun mengamati, kasus tersebut sering kali berhubungan dengan pelayanan yang saya rintis. Oleh karena itu, di bidang tersebut saya mencari orang lain. Saya pun meminta rekan pelayanan saya untuk menjadi teman pertanggungjawaban. Dia bukan hanya melakukan apa yang saya lakukan walaupun itu yang menjadi tugas dia tetapi bagaimana membuat dia terlibat secara dalam dan mendapatkan laporan dari saya. Sebenarnya terdengar aneh, karena sayalah yang memimpin. Itu sama saja pemimpin perusahaan yang memberikan laporan (bukan hanya keuangan) kepada para pegawainya. Itu juga sama dengan pendeta yang selalu memberikan laporan kepada jemaatnya (saya melihat mulai banyak pendeta yang tidak memberikan laporan). Saya memberikan laporan yang saya lakukan dan mengharapkan masukan dari mereka. Tetapi ternyata hal tersebut tidak cukup. Untuk beberapa kasus, rekan pelayanan saya merasa enggan memberikan masukan apalagi teguran. Maka saya pun meminta orang lain lagi yang tidak terlibat sama sekali dengan apa yang saya lakukan untuk menjadi teman pertanggungjawaban saya. Dia mendapat leporan dari saya bukan hanya laporan keuangan. Saya pun membuat perencanaan, bagaimana memonitoring dan mengevaluasi apa yang saya lakukan. Sebenarnya itu bukan hanya sekedar untuk laporan tetapi memudahkan saya melakukan pelayanan saya. Dengan adanya teman pertanggungjawaban maka saya sedang menjamin saya memiliki integritas. Karena saya menyadari saya tidak bisa memiliki integritas jika saya tidak melibatkan orang lain untuk mengawasi saya.

__________________

Small thing,deep impact

dennis santoso a.k.a nis's picture

external auditor

perasaan cinta atau rasa sungkan memang kadang bisa 'bermasalah', tapi secara pribadi saya senang mendengar ada hamba Tuhan yang bergumul tentang masalah keuangan ini. tadinya, dalam ke-skeptisan saya, kirain udah ga ada yang 'model' gini ;)

kalo mau lebih serius, coba pertimbangkan jasa seorang auditor eksternal. tidak murah tapi harusnya lebih terjamin integritasnya.

erick's picture

Inilah yang disebut dengan "living in the fishbowl"

Pak Libe asik banget tulisannya. Hidup memiliki integritas ketika orang lain mengawasi kehidupan kita, itu benar. Ketika melaporkan hasil pekerjaan kita pada bawahan, terlihat lucu. Ketika melakukan monitoring, terlihat tidak percaya diri, Ketika melakukan evaluasi, kok ya seperti menilai diri sendiri. Namun demikian, Allahlah yang menilai. Selamat melayani bersama teman yang mememani,...
__________________

Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)

Josua Manurung's picture

MMMmmm...

Rasanya saya mulai butuh teman seperti itu... hehehe... demikian juga kalau mengurus Natal atau Sekolah.... harus ada beberapa orang yang kita percaya.... tapi bagaimana kalau masalahnya mereka itu kurang inisiatif pak Libe.... saya sudah memotivasi... tapi sepertinya ada yang kurang... BIG GBU!
__________________

BIG GBU!

Sri Libe Suryapusoro's picture

Saya coba menjawabnya

Buat Pak Denis External auditor? Boleh juga, tetapi untuk konteks pelayanan saya yang masih sangat kecil dan setiap bulannya jumlah uang kurang dari satu juta tentu masih belum diperlukan. Pemikiran saya bukan hanya sekedar ada orang yang mengawasi tetapi bagaimana kita belajar mempercayakan apa yang sudah kita lakukan untuk dinilai orang lain. Tetapi jangan sampai kita menyembunyikan sesuatu (nah biasanya kalau ada auditor, mulai neh sembunyi-sembunyi dan tidak berani jujur). Auditor itu tetap diperlukan tetapi kita juga perlu orang yang kita mau jujur kepadanya. Buat Pak Eric, Saya masih belajar untuk dikoreksi oleh orang yang bersama-sama dengan saya, baik secara posisi diatas saya maupun di bawah saya (ini di tempat saya kerja dan juga di tempat saya merintis pelayanan di luar kerjaan). Tetapi hal itu sangat tidak enak. saya masih belajar pak... Buat Pak Josua, Tentnag inisiatif, memang harus di latih. saya mengamati beberapa orang yang tidak inisiatif karena dia merasa tidak diuntungkan dengan apa yang kita lakukan. Atau mungkin, dia sudah pernah mencoba mengambil inisiatif tetapi tidak pernah diperhatikan. Kalau di dunia pelayanan, biasanya dia tidak mempunyai hati untuk hal yang dia lakukan. saya menemukan orang-orang yang tidak inisiatif (setelah saya mencoba membuat dia berinisiatif) justru saya tinggal dan saya pergi bersama orang yang memiliki inisiatif. Buat saya, orang yang saya tinggal tersebut berarti bukan orang yang Tuhan tentukan untuk mendampingi saya. Untuk ketiganya, saya bukan hamba Tuhan jika yang dimaksud adalah pendeta. tetapi saya memang hamba Tuhan karena jika bukan hamba Tuhan lalu hamba siapa? Hehehe....saya berterima kasih atas responnya. GBU
__________________

Small thing,deep impact

Wahyu's picture

shallom

shallom pak libe terimakasih atas apa yg pak libe ajarkan dalam DEM kemaren sekarang saya sudah mendapat teman pertanggung jawaban dan kebetulan mereka adalah sahabat saya sendiri tp kadang saya ragu untuk mengungkapkan hal yg terpendam kepada mereka saya mohon saran dari pak libe bagaimana saya bisa mengungkapkan semua itu dan kira2 apa yg menhalangi/menghambat saya untuk mengatakannnya terima kasih Tuhan Yesus memberkati