Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

TIDAK MAU KALAH JUGA

anakpatirsa's picture

Potongan kardus bertuliskan "Terima Kos Putri" dengan kata “Kristen” di bawahnya itu mengingatkanku pada tulisan yang hampir mirip di kawasan Demangan. Beberapa pemilik kos di sana menulis iklan di depan rumahnya, "Terima Kos Putra [atau Putri]." Bedanya, tulisan di bawahnya bukan “Kristen” -- hanya itu. Bahkan di daerah Gellael, tulisan “Terima Kos Putri," kadang mendapat tambahan apa yang menurut mereka seharusnya selalu dikenakan wanita baik-baik.

Tulisan "Terima Kos Putri -- Kristen" ini kulihat ketika mendatangi sekolah teologia yang terletak di daerah Wates. Setelah turun dari bis dan memasuki jalanan kampung yang menghubungkan kampus dengan jalan raya, kulihat tulisan ini terpampang di rumah pertama. Tanpa bisa kutahan, aku tersenyum sendiri. Senyum kemenangan.

"Akhirnya tidak mau kalah juga," kataku bergumam sendiri.

Tiga rumah setelahnya, sebelah kiri jalan, ada potongan kardus lagi.  Selain menjual ponsel bekas, pemiliknya memasang tulisan, "Terima Kos Putra -- Lahir Baru."

Sekarang aku tidak hanya sekedar tersenyum. Ada rasa kagum. Pemiliknya tidak hanya mengetahui apa itu Kristen. Membuatku teringat pendetaku yang mengingatkan tentang syarat mencari jodoh. “Jangan hanya mencari yang sama-sama Kristen, pastikan dulu apakah ia sudah lahir baru atau belum,” katanya. Sesuatu yang ternyata sangat sulit. Hanya sebuah benang tipis yang membedakan orang yang sudah lahir baru atau belum. Benang itu baru kelihatan setelah lebih dari setengah tahun.

Rumah di depannya tidak mau kalah.  Selembar potongan tripleks tergantung di pintu pagar, "Terima Kos Pria -- Baptis Percik." Bapak kosnya pasti mau menerima makhluk luntang-lantung sepertiku. Aku juga belum baptis selam. Bukan karena menolak sebuah doktrin yang mengatakan baptis selam lebih Alkitabiah. Aku hanya punya pendapat sendiri tentangnya. Ingin itu menjadi acara khusus bagiku, saat benar-benar bisa mengatakan "Ini aku, utuslah aku."  Tidak mau aku menerima baptis selam hanya karena mengikuti sebuah tren, atau demi bisa ikut perjamuan kudus, apalagi hanya demi mendapat sebuah kamar berukuran 3 x 4 meter.

Rumah di sebelahnya menulis, "Terima Kos Putri -- Lahir Baru -- Baptizo."

"Wow mantap," seruku dalam hati. Orang ini tahu alasan baptis selam katanya lebih Alkitabiah. Pendetaku berkata,  Baptizo itu berarti mencelupkan sesuatu ke dalam air. Pemilik rumah ini pasti ingin berkata kepada tetangga sebelah, “Lihat, ini kata yang benar.”

Aku berjalan lagi,  di depan rumah yang terasnya menjadi warung makan, tulisan "Terima Kos Pria -- Premill" terpancang di bawah daftar menu.

"Luar biasa," batinku. Pemilik kos pasti anggota sebuah kelompok sel yang sudah membahas eskatologi.

Penasaran, aku mengetuk pintu.  Pria berkumis tebal membukakan pintu.

“Apakah Adik percaya Kristus datang kembali sebelum Kerajaan Seribu Tahun?” tanyanya sebelum aku membuka mulut. Membuatku kaget setengah mati.

Sifat sablengku sedikit kambuh, juga sifat sok tahu sedikit muncul; balik bertanya, “Apakah Bapak termasuk Premillenium Dispensasional atau Premillenium Historis?"

Karena masih terngiang jelas di telingaku penjelasan Dr. Anthony, dosen agama di kampusku.

“Aliran Premillenium ini terdiri dari dua macam: Dispensasional dan Historis,” kata dosen dari Ambon ini. “Premillenium Dispensasional, pandangan yang menyatakan Kedatangan Kristus yang kedua terjadi sebelum Kerajaan Seribu Tahun. Ia datang dua kali. Pertama, datang secara rahasia untuk membawa semua orang percaya ke awan-awan. Kedua, datang bersama semua orang percaya ke bumi dan memerintah selama seribu tahun bersama mereka. Premillenium Historis, pandangan yang menyatakan Kristus datang kembali untuk kedua kalinya bersama orang percaya memerintah selama seribu tahun. Mereka percaya Yesus kembali sebelum masa tujuh tahun tribulasi.”

Sebenarnya aku tidak mengerti perbedaan keduanya. Sekarang aku hanya ingin memastikan apakah ia bisa membantuku.

"Maaf, kami hanya menerima orang-orang premill," jawabnya. Membuatku akhirnya memutuskan untuk berkata, “Ya sudah," sebelum pamitan.

Berjalan lima puluh langkah. Ada lagi sebuah tulisan di depan rumah, "Terima Kos Putri -- Post-Mill."

"Hebat," kataku dalam hati.

Tentang istilah ini, dosen mata kuliah Agama Kristen II-ku ini berkata, “Post Millenium, merupakan penafsiran dari Wahyu 20 yang mengatakan Kedatangan Kristus Kedua Kali terjadi setelah masa keemasan gereja selama seribu tahun. Akan terjadi penginjilan hebat di bumi, untuk mengenapi Matius 24:14 , ‘Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahan-nya.’ “

Karena kos putri, aku tidak ada alasan untuk masuk. Akupun melanjutkan langkah.

"Terima kos putra -- Gereja Tua."

Tulisan di depan rumah besar itu membuatku teringat lagu “Gereja Tua”. Lagu kenangan bersama kakek. Penasaran, siapa tahu pemiliknya penggemar kelompok Panbers -- Pandjaitan Bersaudara, aku menekan bel.  Sudah menduga apa yang dimaksud dengan gereja tua itu, tetapi, “Ya, siapa tahu?”

"Permisi, mau tanya," kataku pada seorang wanita setengah baya yang berdiri di depan pintu. “Gereja tua itu maksudnya apa?”

"Adik dari mana asalnya?" ia balas bertanya.

Aku menjawab daerah asalku.

“Di sana gerejanya apa?”

"GKE," jawabku singkat. Selama ini, jika menyebut gereja asalku, tidak ada yang pernah mendengarnya sebelumnya.

"Ada sinode pusatnya?"

"Ada!"

"Gerejanya sejenis HKBP, GKJ, GPIB?"

"Ya!"

"Kalau begitu, adik bisa kos disini," kata ibu itu dengan ramah.

Aku berkata kalau hanya mau menemui seseorang di kampus ini.

"Ya, tetapi kalau mau kos, di sini saja,” katanya sedikit membujuk.

Hanya beberapa langkah, terpampang tulisan besar-besar, "Terima Kos Putra -- Kharismatik." Aku sudah kehabisan seruan sehingga kembali berjalan terus sampai melihat tulisan "Terima Kos Putra --  Pentakosta"

“Wow!” hanya seruan ini yang bisa keluar dari hatiku. Banyak yang menganggap Pentakosta dan Kharismatik itu sama, tetapi kedua pemilik kos ini tahu bedanya. Mulai menduga-duga apakah akan menemukan tulisan "Terima Kos Putra -- Pantekosta" setelah ini.

Karena tadi ada premill dan postmill, aku mulai penasaran, dimanakah kos yang menerima orang-orang amill, istilah untuk pandangan yang menganggap Kerajaan Seribu Tahun itu hanya ungkapan figuratif, bukan benar-benar akan ada Kerajaan Seribu Tahun di bumi.

Kapel kampus sudah kelihatan, tetapi belum melihat kos yang menerima orang amill, “Mungkin di sebelah sananya kampus,” batinku. Lalu di rumah terakhir, tepat menempel pada pagar kampus, aku melihat sebuah tulisan agak tersembunyi, “Terima Kos Putra -- Allah, No! Yahweh, Yes!”

Dan tiba-tiba aku terbangun, ternyata hanya mimpi.

nobietea's picture

kocak !

wakakakakak, baru kali ini nobie masuk ke kios juragan anakpatirsa. di kostan nobie juga ada tulisan yang kya gtu. terima kost karyawan - karyawati baik - baik. tulisan itu lama kelamaan jadi patokan orang2 yang akan berkunjung ke kostan nobie.

closingna mantap jo !

“Terima Kos Putra -- Allah, No! Yahweh, Yes!”

__________________

maaf.. bie kurang pintar

anakpatirsa's picture

Hallo adik kecil, Tahukan

Hallo adik kecil,

Tahukan kamu kalau sudah menjadi karakter unik di pasar ini. Sosok si anak kecil manja. Di beberapa blog kamu, kesan itu masih terasa.

Tentang closing itu, aku juga menyukainya.