Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Udel Bodong Pemilu 2009

Bayu Probo's picture

Saya belum tahu apakah bisa ikut mencontreng (gak ada di KBBI) atau tidak tanggal 9 April nanti. Saya tidak tahu apakah terdaftar sebagai pemilih di Solo atau tidak. Juga, saya tidak tahu apakah bisa tiba di Solo (dari Jakarta) sebelum pukul 12.00 atau tidak. Atau, tiba-tiba terserang penyakit males.

Tiba-tiba terlintas pikiran jika udel saya sedang tidak bodong (idiom bahasa Jawa yang maksudnya sedang waras), saya akan mencontreng caleg perempuan. Apa pun partainya. Apa alasannya:

a.      

Caleg perempuan relatif lebih enak dipandang mata (he he mungkin karena saya laki-laki ya). Namun, jika ada acara-acara di DPR yang diliput media massa, para legislator perempuan setidaknya lebih camera face daripada kaum laki-laki yang rata-rata penampilannya sungguh memprihatinkan.

b.     

Sejauh ini belum ada legislator perempuan yang tertangkap tangan KPK terlibat korupsi atau penyuapan. Meskipun nanti mereka seandainya akan terlibat korupsi, setidaknya di pengadilan mereka lebih terlihat cantik jika dibandingkan para legislator laki-laki yang tampak memuakkan di pengadilan sebagai terdakwa. Entah bagaimana, perempuan sepertinya lebih tidak tamak daripada laki-laki, walau selalu digambarkan mereka selalu menjadi sumber masalah keuangan bagi suami-suami mereka (sebuah steorotip yang perlu diselidiki).

c.      

Di kamera belum pernah tertangkap legislator perempuan yang ketiduran saat sidang. Mereka hanya duduk manis mendengarkan atau ngobrol dengan kolega lainnya atau sibuk sms atau bertelepon. Namun, setidaknya mereka tidak tertidur.

d.     

Caleg perempuan tidak pernah punya istri banyak (mendukung gerakan jangan pilih caleg berpoligami). Bagaimana mereka akan berpoligami, mereka kan perempuan.

 

Namun,

a.      

Legislator perempuan sejauh ini belum terdengar kiprahnya. Mungkin kurang didukung media dan dianggap legislator kelas dua. Mereka sekadar jadi pemanis gedung legislatif.

b.     

Sejauh ini yang saya tahu, caleg perempuan yang tersedia hanya sebatas artis, istri pejabat, dan pengusaha. Jadi, kemampuannya benar-benar diragukan.

c.      

Sejauh ini legislator perempuan juga tidak pernah mempunyai program-program yang jelas. Tidak ada bedanya dengan legislator laki-laki. Mereka lebih banyak diam dan membeo.

d.     

Legislator perempuan banyak diam mungkin karena penakut.

 

Ah setidaknya, mereka enak dipandang mata. Namun, apa bedanya DPR dengan sinetron kalau begitu—hanya dipenuhi perempuan cantik tanpa kemampuan memadai? Atau, jangan-jangan waktu pencontrengan, udel saya bodong.