Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Yesus Itu Terus Terang, Terang Terus (Bagian Pertama)

Tante Paku's picture

 

      KETIKA anda menyanggupi bisa jadi akan menjadi langganan di kemudian hari, kalimat demikian rupanya menjadi kenyataan dalam hidupku. Di wilayahku ada 2 kelompok persekutuan doa dari dua kelompok pengikut Kristus, yang satu Katolik, satunya lagi Kristen (Kristen dari denominasi apa saja). Kedua kelompok itu sering memberi undangan persekutuan ke rumahku, maklum kompleks perumahan terkadang belum tahu dari kelompok apa saja, karena semua adalah penghuni pendatang yang belum tentu saling mengenal sebelumnya.

     Aku pun selalu menghadiri kedua undangan tersebut, bagiku keduanya sama-sama memberitakan Injil Kristus, apa salahnya mengikuti keduanya, selain tambah kenalan juga tambah pengetahuan. Tetapi ada tetangga yang menolak undangan tersebut bila tidak sesuai dengan agamanya, Kristen maupun Katolik. Tetapi saya tidak pernah menolaknya dan mengatakan Gereja saya dimana, karena kalau mengatakan nama Gereja pasti mereka akan mengenali ini umat agama apa? Saya mengalihkan pembicaraan kalau ada pertanyaan semacam itu sampai ia lupa pertanyaannya. Waktu itu, saya tergolong rajin, hingga cepat dikenali, karena saya juga aktif menyapa maupun bertanya serta terkadang bisa membuat "gerr" dengan sahutan-sahutan spontanitas saya.

     Karena kedua umat beragama itu masih tergolong sedikit, ketika akan mengadakan Natal ,bergabunglah keduanya. Undangan pembentukan panitia pun diedarkan, tentu saja hanya yang dianggap "tokoh-tokoh"nya saja yang diundang. Saya bukan tokoh, juga bukan salah satu pengurus dari kedua persekutuan itu, tetapi atas dasar apa.,saya pun ikut dapat undangan. Karena saya sudah mengenal keduanya, saya tidak canggung untuk ikut
mendengarkan acara pembentukan panitia Natal itu.

     Baik dari Kristen maupun Katolik secara merata dapat jatah sebagai panitia, untuk ketuanya direncanakan bergantian setiap kali ada event serupa, baik Natalan maupun Paskahan. Saat tiba membahas bagian dekorasi, semua kesulitan, siapa kira-kira yang dapat membuat dekornya? Karena untuk mengirit biaya, sebisa mungkin harus ditangani sendiri. Karena buntu mencari orang yang bisa mendekor, akhirnya saya pun mengajukan diri dan nampaknya semua lega seraya tertawa. "Asem tenan, rupanya Tante Paku bisa, kok dari tadi diam saja!" beberapa hadirin saling menyahut mengatakan demikian.

     Keputusan yang nekat telah kubuat, artinya saya telah merepotkan diri sendiri untuk menjadi salah satu panitia Natalan itu. Sebelumnya saya memang sering mendekor juga, tapi cuma untuk tingkat RT, paling sering bikin dekor untuk HALAL BI HALAL dan HARI KEMERDEKAAN 17 Agustus. Dan baru kali ini saya coba memberanikan diri di tengah kesibukan kerja sehari-hari ,apa bisa ya?

     Untuk menyiasati itu, setelah diberi uang anggaran untuk dekorasi, saya sempatkan waktu untuk membeli beberapa perlengkapan standard untuk membuat TYPOGRAFI yaitu Styrofoam dan pewarna tekstil yang murah serta warna yang primer saja, karena dengan warna primer itu nanti kalau dicampur akan menjadi banyak warna, juga beberapa Gliter warna-warni. Dan agar tidak KEMRUNGSUNG alias tergesa-gesa pada saatnya, setiap malam saya CICIL sedikit demi sedikit membuatnya. Dari membuat hurufnya, memotong gabusnya dengan cutter (karena tidak punya alat pemotongnya, cutter bagi saya sudah cukup), juga mewarnai dengan kuas serta membuat accesoris pendukung, seperti gambar Yesus atau Sinterklas atau bintang-bintang dan lain sebagainya, biar nanti panggung tampak meriah.

     Ketika hari "H"nya tiba, karena Natalan akan dirayakan pagi hari, malamnya sekitar jam 20.00 WIB saya mulai mendekor, tentu ada beberapa teman yang ikut membantu, terutama memasang backgroundnya. Warna kain backgroundnya ini sudah saya tanyakan sebelumnya, perlunya untuk mengharmoniskan warna dalam tulisan nanti. Dalam prakteknya memang saya yang paling repot menyelesaikan semua dekor ini, teman-teman yang lain lebih suka "nongkrong" sambil ngobrol ngalor ngidul daripada membantu meringankan tugas saya agar cepat selesai, yah apes bener, jadi selesainya sampai tengah malam!

     Kesanggupan pertama saya dalam mendekor ini akhirnya menjadi LANGGANAN setiap ada acara persekutuan bersama, sampai bertahun-tahun. Akhirnya jenuh juga  , disamping pekerjaan saya semakin membutuhkan konsentrasi dan malam hari juga terkadang masih banyak kerjaan, hingga pada suatu kesempatan ada "acara bersama" lagi, saya tegas menolak untuk jadi panitia bagian dekorasi. Perlu ada penyegaran, alasan saya waktu itu. Akhirnya dengan susah payah mereka menunjuk anak-anak remaja yang tergabung dalam Remaja Katolik maupun Kristen, dengan catatan saya diharap mendampingi saat memasang nanti. Its oke! Jawab saya senang dan bahagia.

     Setelah itu, saya tidak pernah lagi mendekor, apalagi setelah mereka yang kemarin-kemarin saya dampingi sudah pintar menyelesaikannya sendiri. Sekarang terbalik, saya ikutan nongkrong sambil ngobrol serta "ngerjain" para bapak itu ha ha ha ha.....

      Ternyata masih ada lagi masalah yang membuatku jadi "guru" sekolah minggu "dadakan"yang tidak kurencanakan sama sekali. Untunglah jadi guru sekolah minggu cuma sekali saja tapi membuat mereka terkesan dengan pelajaran saya yang aneh, unik sekaligus bergizi, itu kata para orangtua yang ikut mendampingi anak-anaknya.

     Ceritanya demikian.....

(Bersambung)

 

Semoga Bermanfaat Walau Tak Sependapat

__________________

Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat