Submitted by
clara_anita
on
Diacungkannya telunjuk
Kata-katanya menyambar menohok
Suaranya bak syair kematian sang gagak
serak, lantang, dan memukulku telak
Mengapa ia selalu kacakkan pinggang?
Apakah ia ingin terlihat garang?
Mengapa ia menganggapku menantang,
dan kemudian mengajaknya perang?
Tidak sayang,
cobalah untuk tenang
Aku tak ingin menyakitimu
Tapi maaf bila aku lalai dan torehkan luka buatmu
Clara Anita Bila Tuhan Mengizinkan, Ku Kan Ajak Kau Salsa
Clara Anita, kamu memukauku lagi! Kali ini kamu memukauku dengan hatimu yang lembut dan rasa santunmu yang mengurat akar. Kenapa ragu untuk kembali ke masa kecilmu ketika engkau menjadi nona atas hidupmu dan gayamu? Ketika engkau menganggap pujian dan kecaman hanya embun pagi yang segera menguap begitu matahari datang?
Nona, pernahkah ada teman yang bilang bila kamu terlalu JAIM (jaga image) sehingga kehilangan spontanitasmu? Mungkin sudah saatnya kamu berteriak, "I Love My Self, Go Toh Hell Every Body!"
Nona, coba baca puisimu sekarang
Diacungkannya telunjuk
Kata-katanya menyambar menohok
Suaranya bak syair kematian sang gagak
serak, lantang, dan memukul telak
Mengapa selalu kacakkan pinggang?
Apakah ingin terlihat garang?
Mengapa menganggapku menantang,
mengajakmu perang?
Tidak sayang,
cobalah untuk tenang
Aku tak ingin menyakitimu
Tapi maaf bila aku lalai dan torehkan luka buatmu
Nah, nona apa perasaanmu sekarang? Apakah nona merasa cantik, menggemaskan dan (maaf) sangat menggoda?
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
In reply to Clara Anita Bila Tuhan Mengizinkan, Ku Kan Ajak Kau Salsa by hai hai
PermalinkKo Hai-hai, bisa aja :P
Wah sayangnya saya belum pernah belajar Salsa,
pengin sih...
Kalau sekarang sedang mencoba belajar tari Jawa klasik (jadi penyusup gelap di kelasnya temanku yang ngajar mata kuliah seni tari :P) , pernah coba?
Rasanya damai sekali, mungkin setara dengan yoga....
Memang Ko Hai-Hai ini cermat sekali ya,
Saya merasa, dan menurut teman-teman juga, saya adalah orang yang lumayan tertutup dan cenderung menyimpan sesuatu sendiri. Tapi nggak selalu begitu juga. Saya punya beberapa teman yang bisa saya percayai. Kalau kita kumpul, seburuk apapun situasinya pasti berubah menjadi ramai (kadang kalau sudah semakin larut bahasanya jadi teramat vulgar).
Nyaman sekali sama mereka
Saya juga merasa bebas bercerita ketika menulis "blog" di sabda. Saya nggak perlu malu menelanjangi diri saya di sini. Rasanya juga nyaman sekali...
Rasanya sama seperti saat Selasa kemarin saya berjalan menuju kampus dan berpapasan dengan a total stranger yang terus memandangi saya. Karena merasa risi, akhirnya sayaberi dia senyuman dan anggukan. Eh, bapak sepuh ini tiba-tiba bilang "Oalah Nduk, ayu men to kowe."
Kami tidak pernah bertemu ataupun kenal sebelumnya; apalagi berhubungan dekat. Tapi kata-katanya membuat pagi mendung itu jadi hangat.
Begitulah kiranya....
Ko Hai-Hai benar,
Sabda membuat saya merasa berani, dan tak malu "telanjang"
GBU
In reply to Ko Hai-hai, bisa aja :P by clara_anita
PermalinkTari Jawa?
Saya suka puisi nona, kebanyakan orang sangat terbuka ketika menulis puisi.
Ha ha ha ... Saya setuju dengan ucapan bapak sepuh itu. Nampaknya, bila ketemu kami akan menjadi teman ngobrol yagn seru.
Tari Jawa? Ha ha ha ... Waktu SMP dulu saya pernah belajar, bahkan
waktu SMA belajar main Ketoprak. Sekarang semuanya tinggal kenangan.
Salsa, kapan-kapan saya akan menulis tentang dansa itu ah. biar pada nggak salah kaprah mengenainya.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Alah!!! Gombal pisan!!!!!!
Bung Hai.........! Gombal!!!!!!!!!!
Clara, ti ati!
Bung hai punya penyakit yang tak mau disembuhkan!
Gambal pisan!
In reply to Alah!!! Gombal pisan!!!!!! by erick
PermalinkErick, Ini Cemburu?
Rick, menurutku wanita adalah ciptaan Tuhan yang paling elok di dunia ini. Puisi adalah karya seni pertama umat manusia. Saya mengagumi keelokan wanita dan sangat menikmati puisi.
Mau gimana lagi dong?
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Jurus Pasca Valentine Hai-hai
wah, si Om ini gambal kabeh ha..ha..ha.. saya bingung dengan kalimat baris ke-2 dari bawah, nona Clara kayake juga tuh ha..ha.ha..
@ Nona Clara
ini lanjutan cerita kamu yang kemarin ya, yang sempet kita ngopi-ngopi bareng
hmm.. teryata walau SKSD tetapi hasilnya Happy Ending(kasus salah paham)
bukan begitu?
selamat menikmati hidup
Shallom4Ever
In reply to Jurus Pasca Valentine Hai-hai by NoSID (not verified)
PermalinkAnda benar NOSID
Anda benar NOSID,
tapi kisah saya sebenarnya tidak bisa juga dikatakan Happy Ending,\
masalahnya yg SKSD sama saya ini orang yang lumayan berpengaruh, dan sayang kok sepertinya percaya sama bisikan-bisikan yang arahnya tendensius.
Yah nggak papa...
buat saya hasilnya sudah happy ending kok
saya jadi tambah kuat
orang bilang saya ini orang yang terlalu amat sangat perasa, sehingga sangat mudah menghancurkan hati saya...
tapi sekarang sekeras apapun kata-katanya saya bisa tanggapi dengan senyum.
Toh kan dia yg merasa punya masalah dengan saya,
kalau dia tak mau mendengarkan penjelasan dari saya dan menganggap saya tak pernah mau mendengar dia.
ya saya diam saja dan mendengar dia, (saya beri apa yang dia inginkan)
tanpa dendam
tanpa sakit hati
hanya dengan diam
Toh DIA lebih mengenal saya. :P
GBU
In reply to Jurus Pasca Valentine Hai-hai by NoSID (not verified)
PermalinkJangan Bingung Nosid
Nosid, kalimat kedua dari bawah itu yang ini kan?
Nah, nona apa perasaanmu sekarang? Apakah nona merasa cantik, menggemaskan dan (maaf) sangat menggoda?
Jangan bingung bung! coba baca lagi puisinya setelah beberapa gemboknya saya hilangkan. Bacalah puisi tersebut dengan bersuara. Bacalah sambil menatap foto nona Clara! Bacalah tanpa menafsirkan, bacalah! kamu akan mengerti!
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak