Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Di Balik Tingkap-Tingkap Langit (2)

John Adisubrata's picture

Oleh: John Adisubrata 

INDERA KEENAM 

“Sebab dunia orang mati tidak dapat mengucap syukur kepada-Mu, dan maut tidak dapat memuji-muji Engkau; orang-orang yang turun ke liang kubur tidak menanti-nanti akan kesetiaan-Mu.” (Yesaya 38:18) 

Sampai sekarang, meskipun sudah tidak seperti dahulu lagi, saya gemar menonton film-film yang membahas tema-tema alam roh. Salah satu di antaranya adalah film The Sixth Sense, karya M. Night Shyamalan. Movie yang menurut pendapat saya jalan ceriteranya disajikan olehnya dengan ketrampilan artistik yang sangat mengagumkan, mengisahkan tentang kemampuan supranatural seorang anak kecil yang bisa melihat alam roh di tengah-tengah kesibukannya sehari-hari, bahkan berkomunikasi dengan orang-orang yang sudah mati.

Mirip dengan sebuah film lain yang bertema sama: Ghost, keduanya menceriterakan kisah orang-orang mati yang masih tetap berkeliaran di dunia. Sebagian oleh karena mereka masih harus menyelesaikan beberapa tugas sebelum meninggalkan alam yang fana ini secara permanen, sedangkan yang lain menduduki daerah-daerah tertentu di mana mereka mengalami kematian mendadak secara tidak wajar. Kendatipun keduanya dikisahkan dengan menarik sekali untuk memikat perhatian para penontonnya, jika ditelusuri secara teliti, jalan ceriteranya sangat tidak alkitabiah, karena disajikan berdasarkan dongeng-dongeng nenek moyang!

Sebuah film DVD/VCD yang dapat dibeli di toko-toko buku Kristen di Indonesia berjudul: Escape from Hell, menjiplak dengan persis sekali ide dari sebuah movie sekuler yang terkenal awal tahun 1990, Flatliners, yang dibintangi oleh Kiefer Sutherland dan Julia Roberts.

Kedua film tersebut mengisahkan tentang eksperimen-eksperimen terlarang yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa fakultas kedokteran menggunakan obat-obatan untuk menghentikan detak-detak jantung mereka selama beberapa menit secara bergantian, sebelum ‘dirangsang’ kembali memakai alat medis ‘Defibrilator’. Mereka berharap, agar melaluinya misteri-misteri belum juga terpecahkan yang terjadi pada awal kematian manusia bisa diketahui oleh mereka.

Flatliners jelas membahas ceriteranya menurut selera dunia sekuler. Tetapi Escape from Hell, meskipun tidak 100% alkitabiah, mengisahkannya dari sudut pandangan orang-orang kristiani. Film yang diproduksi dengan ‘budget’ yang sangat terbatas ini menyajikan kisah yang diilhami oleh orang-orang yang pernah mengalami mati suri. Baik orang-orang yang sudah percaya, maupun mereka yang setelah melaluinya bersedia untuk bertobat.

Salah satu dari kesaksian-kesaksian yang mengilhami movie tersebut adalah kesaksian dahsyat sangat mengharukan seorang hamba Tuhan berasal dari New Zealand yang bernama Ian McCormack. Mengaku diri sebagai seorang ‘atheist’ yang pernah menolak kasih karunia Tuhan, ia mengalami kematian sejenak pada tahun 1982 di pulau Mauritius oleh karena sengatan fatal lima ekor ‘Box Jellyfish’ di dasar Samudera India.

Bertentangan dengan kesaksian Kerry Packer, ia menceriterakan, bahwa pada awal kematiannya ia ‘terjaga’ di suatu tempat yang amat gelap dan dingin sekali. Dalam waktu singkat ia dikerumuni oleh roh-roh jahat menakutkan yang mengatakan, bahwa ia berada di neraka! Tetapi suatu keajaiban yang luar biasa terjadi! Sebuah sinar yang jauh lebih terang dari pada ketajaman sinar-sinar laser datang menghampiri serta mengangkatnya ke luar dari sana. Terlindung di dalam lingkaran sinar cemerlang tersebut ia melayang ‘terbang’ melalui sebuah terowongan cahaya berkilau-kilauan yang amat panjang. Di seberangnya, di suatu tempat yang amat terang dan hangat sekali, ia berjumpa dengan Tuhan Yesus Kristus. Bahkan ia diberi kesempatan oleh-Nya untuk menyaksikan keindahan panorama sebuah bumi dan langit yang baru.

Kisah luar biasa yang diceriterakan olehnya secara detil sekali, diakhiri dengan kebangkitannya, pertobatannya dan keputusannya yang tetap untuk menjadi pengikut Kristus yang setia.

Seorang hamba Tuhan yang lain, Daniel Ekechukwu dari Nigeria, juga mengalami hal yang serupa pada tahun 2001. Setelah mengalami kecelakaan mobil yang mengakibatkan seluruh organ-organ di dalam tubuhnya rusak, ia dinyatakan ‘clinically dead’ oleh para dokter yang menanganinya. Beberapa hari kemudian, pada suatu hari Minggu, ketika jenazahnya dibawa ke dalam ruangan di bawah ‘auditorium’ sebuah gereja, di mana Ev Reinhard Bonnke sedang memimpin kebaktian di sana, tiba-tiba di luar dugaan isteri dan keluarganya ia bangkit kembali.

Menurut kesaksiannya ia dijemput oleh dua malaikat yang membawanya pergi ke sorga. Di sana ia menyaksikan tak terhitung banyaknya orang-orang yang mengenakan jubah-jubah putih sedang menyanyi, memuji dan menyembah Tuhan. Setelah itu ia dibawa ke neraka, di mana ia melihat banyak sekali orang-orang yang dikenal olehnya, termasuk hamba-hamba Tuhan yang termasyhur, yang sudah menyalah-gunakan kedudukan-kedudukan mereka di dunia, sedang disiksa di dalam lautan api neraka yang amat mengerikan.

Malaikat-malaikat itu mengatakan, bahwa ia mendapatkan kesempatan yang kedua untuk pulang kembali ke dunia, karena “permintaan orang kaya agar Lazarus kembali ke dunia untuk memperingati keluarganya (orang-orang yang masih hidup) mengenai keberadaan neraka, sudah dikabulkan oleh Tuhan bagi generasi ini. (Lukas 16:27-28) 

Daniel Ekechukwu menambahkan, bahwa ia diutus kembali ke dunia oleh Tuhan untuk memberikan peringatan yang terakhir kepada kita semua! Kisahnya, meskipun disertai dengan bukti-bukti yang sangat kuat, sampai sekarang masih tetap diragukan kebenarannya oleh banyak sekali orang-orang Kristen yang lain.

Di samping kesaksian-kesaksian Ps Ian McCormack dan Ps Daniel Ekechukwu, ada banyak sekali terbitan buku-buku tulisan orang-orang Kristen lainnya yang mengaku, bahwa mereka juga pernah mengalami peristiwa-peristiwa semacam itu melalui penglihatan atau mimpi. Baru-baru ini Choo Thomas meluncurkan buku karyanya: Surga itu Nyata!, yang mengisahkan perjalanan-perjalanannya di alam roh, di mana ia dibawa oleh Tuhan pergi mengunjungi sorga dan neraka. Katanya, … semua itu dialami di dalam penglihatannya. Begitu juga buku kesaksian penglihatan Ev Sadhu Sundar Singh, seorang hamba Tuhan yang diakui sebagai orang pertama yang memperkenalkan Kristus kepada bangsa India di akhir abad yang ke-19.

Sadhu Sundar Singh tidak pernah mengalami mati suri. Tetapi ia mengaku menerima suatu penglihatan di alam roh ketika ia sedang berdoa. Di sana ia dikunjungi oleh empat orang-orang suci yang menerangkan proses-proses kematian manusia kepadanya. Mereka berkata, orang-orang berdosa yang belum menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat akan dijemput dari ranjang kematian mereka oleh roh-roh jahat yang menakutkan. Sedangkan orang-orang yang sudah percaya akan dijemput oleh para malaikat, orang-orang suci, atau anggota-anggota keluarga serta sahabat-sahabat mereka yang sudah mati. Bahkan menurut kesaksian Sadhu Sundar Singh, bagi orang-orang yang sudah berhasil mencapai suatu tingkat kedewasaan rohani tertentu, Tuhan Yesus sendiri yang akan datang menjemput untuk menuntun roh mereka masuk ke sorga!

Alkitabiah atau tidak, itu adalah kesaksian-kesaksian mereka. Kita berhak untuk menerima atau menolaknya! Yang terpenting, kita harus meluangkan waktu kita untuk menyelidiki kesaksian-kesaksian tersebut dengan membandingkannya secara kritis dengan isi firman Tuhan. Jika kesaksian mereka bisa membangun iman kita, biarlah hal itu menjadi berkat. Jika tidak, … lupakan saja!

Saya teringat akan hari-hari terakhir kehidupan seorang saudara seiman yang oleh karena  terserang penyakit ginjal yang sangat fatal telah meninggal dunia pada tahun 2002. Dua hari sebelum kematiannya di rumah sakit dalam keadaan sekarat ia berkata, bahwa ia melihat ‘orang-orang’ yang sedang berdiri tidak jauh di sisi kiri dan kanan tempat tidurnya. Padahal di dalam kamar sekecil itu, tidak ada orang-orang lain selain kami berempat. Pernyataannya membuat saya mempertimbangkan lagi kesaksian Ev Sadhu Sundar Singh mengenai penglihatannya!

Alam roh adalah suatu kenyataan yang tidak bisa disangkal. Firman Tuhan sering mengulasnya, baik di dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.

Tidak ada seorang pun yang bisa menjelaskan keadaan alam roh kepada orang lain, kecuali jika ia mengalaminya sendiri pada hari kematian yang sebenarnya. Yang pasti, … cepat atau lambat, setiap orang akan menjalani fenomena itu, karena pada akhirnya kita semua harus pergi meninggalkan dunia yang fana ini. Jika saatnya tiba, … there’s no turning back!

Apakah Anda sudah siap? Tahukah Anda, ke seberang yang mana Anda akan pergi? Yesus menegaskan berkali-kali di dalam firman-Nya, bahwa ada dua tempat di mana kita akan berakhir. Dan selain itu … kita juga diberi kebebasan oleh-Nya untuk memilih tempat tujuan kita tersebut! 

Sekarang saya bisa memahami, mengapa sedari kecil saya percaya, bahwa ada PRIBADI yang tidak kelihatan secara kasat mata, yang jauh lebih tinggi dari pada pribadi-pribadi yang ada di dunia! Padahal pada waktu itu kami sekeluarga masih belum mengenal Kristus. Tanpa saya sadari sendiri, ternyata Tuhan sudah mengaruniakan serta menanam sebutir bibit iman di dalam hati saya, ketika saya masih belum bisa memahami maknanya. (Mazmur 22:11) Sesuai penjelasan firman Tuhan, iman adalah dasar dari segala sesuatu! (Ibrani 11:1)

Dengan iman kita percaya, bahwa hanya di dalam Tuhan Yesus Kristus saja ada harapan, kepastian dan kebangkitan kembali! Penuh keberanian di depan pengadilan rasul Petrus meneguhkannya: Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia (Yesus), sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan. (Kisah Para Rasul 4:12) Haleluya!

Saya yakin, Kerry Packer sekarang sudah berada di salah satu dari kedua tempat tersebut, karena saya percaya akan kebenaran firman Tuhan yang tidak akan pernah bisa diganggu gugat oleh siapa pun juga, bahkan oleh orang-orang yang terkaya di dunia.  

Terpujilah nama Tuhan, karena besar kasih karunia dan kesabaran-Nya! Amin! 

John Adisubrata

Juli 2007

hai hai's picture

Langit Dibalik Tingkap-Tingkap

Pak John, setelah ditunggu-tunggu, akhirnya tulisan anda muncul juga. Sebuah tulisan yang sangat menarik, baik dari themanya maupun cara penulisannya. Mudah untuk dipahami karena sangat informatif dan sederhana penyajiannya. Izinkanlah saya untuk menanggapi tulisan anda.

Alkitabiah atau tidak, itu adalah kesaksian-kesaksian mereka. Kita berhak untuk menerima atau menolaknya! Yang terpenting, kita harus meluangkan waktu kita untuk menyelidiki kesaksian-kesaksian tersebut dengan membandingkannya secara kritis dengan isi firman Tuhan. Jika kesaksian mereka bisa membangun iman kita, biarlah hal itu menjadi berkat. Jika tidak, ... lupakan saja!

Saya sangat tertarik dengan ungkapan anda tersebut di atas, namun ada sedikit hal yang menggelitik pikiran saya. Apabila kita membandingkannya secara kritis dengan isi firman Tuhan dan menemukan bahwa kesaksian-kesaksian tersebut bertentangan dengan firman Tuhan, apakah kita harus menganggapnya kebenaran, karena ada banyak orang yang menyatakan bahwa iman mereka terbangun oleh kesaksian-kesaksian tersebut?

Bagaimana kita menilai kesaksian orang-orang yang mengaku diundang Tuhan untuk berkunjung ke Surga maupun ke Neraka? Nampaknya mustahil untuk membuktikan, bahwa orang-orang demikian sungguh pernah meninggal, pernah ke surga, pernah ke  neraka atau tidak. Namun tidak sulit untuk membuktikan apakah yang mereka ajarkan itu sesuai dengan Alkitab atau tidak, masuk akal atau tidak?

Ian McCormack bersaksi, melihat surga dari sebuah lubang bulat di belakang Yesus. Lubang tersebut muncul ketika Yesus bergerak ke samping, dan kembali tertutup ketika Yesus bergerak menutupinya. Kalau tubuh Yesus tinggi besar, maka Ian pasti menyatakannya, karena dia tidak menyatakannya, berarti tubuh Yesus biasa-biasa saja. Lubang bulat tersebut mungkin besarnya sekitar 15 inci. Apabila anda berdiri + 1 meter dari sebuah jendela bulat yang besarnya 15 inci, berapa banyak pemandangan yang dapat anda lihat? Ian McCormack bersaksi melihat seluruh surga. Mungkin ada yang bilang, tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Tetapi jelas mustahil bagi Ian McCormack melihat seluruh surga dari sebuah jendela bulat yang besarnya hanya 5 inci. Berikut ini adalah kesaksian Ian dari bukunya: A GLIMPSE OF ETERNITY.

Directly behind Jesus was a circular shaped opening like the tunnel I had just traveled down.  Gazing out through it, I could see a whole new world opening up before me.  I felt like I was standing on the edge of paradise, having a glimpse into eternity.

It was completely untouched.  In front of me were green fields and meadows.  The grass itself was giving off the same light and life that I had seen in the presence of God.  There was no disease on the plants.  It seemed as though the grass that it would just spring back to life if you stepped on it. Through the center of the meadows I could see a crystal clear stream winding its way across the landscape with trees on either bank.  To my right were mountains in the distance and the sky above was blue and clear.  To my left were rolling green hills and flowers, which were radiating beautiful colours.  Paradise!  I knew I belonged here. I had traveled the world looking for paradise, and here it was.  I felt as though I had just been born for the first time. Every part of me knew I was home. Before me stood eternity - just one step away. 

As I tried to step forward into this new world Jesus stepped back into the doorway.  The Bible says that Jesus is the door and that if you come in through him, you will go in and out and find green pastures.  He is the door to life.  Jesus is the way, the truth and the life.  No one comes to the Father but by him.  He is the only way.  There is only one narrow passageway that leads into his kingdom.  Few find it.  Most find the highway down to hell. 

Kisah kebangkitan Daniel Ekechukwu masih menjadi obyek perdebatan dan penelitian hingga saat ini. Namun, kita tidak akan masuk dalam perdebatan tersebut atau memperdebatkan hal tersebut. Saya mengajak anda untuk membahas apa yang diajarkan oleh Daniel Ekechukwu sehubungan dengan kebangkitannya.

Malaikat-malaikat itu mengatakan, bahwa ia mendapatkan kesempatan yang kedua untuk pulang kembali ke dunia, karena "permintaan orang kaya agar Lazarus kembali ke dunia untuk memperingati keluarganya (orang-orang yang masih hidup) mengenai keberadaan neraka, sudah dikabulkan oleh Tuhan bagi generasi ini". (Lukas 16:27-28)

Daniel Ekechukwu menambahkan, bahwa ia diutus kembali ke dunia oleh Tuhan untuk memberikan peringatan yang terakhir kepada kita semua! Kisahnya, meskipun disertai dengan bukti-bukti yang sangat kuat, sampai sekarang masih tetap diragukan kebenarannya oleh banyak sekali orang-orang Kristen yang lain.

Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, Lukas 16:27

Orang kaya tersebut tidak pernah berdoa kepada Tuhan, dia memohon kepada Abraham. Dengan kata lain, dia berdoa kepada Abraham. Bukankah dengan mempercayai Daniel Ekechukwu, berarti kita juga harus percaya, bahwa Abraham memiliki kuasa untuk mengabulkan doa? Selanjutnya kita boleh berdoa kepada para bapak gereja?

Mungkin Daniel Ekechukwu menyatakan bahwa Tuhan yang mengabulkan doa, bukan Abraham. Tuhan mendengar percakapan antara orang kaya tersebut dengan Abraham, setelah mempertimbangkannya selama hampir 2000 tahun, Tuhan lalu memutuskan bahwa cara tersebut (orang mati kembali ke dunia) adalah cara penginjilan yang baik, maka Beliau lalu mengabulkannya pada generasi ini dengan mengirim Daniel Ekechukwu kembali ke dunia. Pernyataan tersebut nampak masuk akal, namun, bagaimana dengan ucapan-ucapan Yesus di dalam kitab Yohanes?

Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, Yohanes 14:16

Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; Yohanes 16:8

akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku; Yohanes 16:9

akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; Yohanes 16:10

akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum. Yohanes 16:11

Bukankah dengan mempercayai Daniel Ekechukwu, berarti kita juga harus mempercayai, bahwa Daniel Ekechukwu adalah PENOLONG atau salah satu penolong yang akan di kirim oleh Yesus, sesuai dengan ayat-ayat Yohanes tersebut di atas? Selanjutnya, kita harus percaya, bahwa orang kaya (dalam kisah Lazarus) yang doanya dikabulkan tersebut akan bangkit untuk menginjili keturunannya di dunia ini. Mungkin kita harus mempersiapkan diri, bila suatu saat nanti ada tulang-belulang yang tiba-tiba hidup kembali. Jangan-jangan dia malah sudah bangkit?

Ev Sadhu Sundar Singh jelas bukan orang pertama yang memperkenalkan Kristus kepada bangsa India. Menurut sejarah, Kekristenan sudah ada di India pada tahun 52, itu berarti 18 abad sebelum Ev. Sadhu Sundar Singh memberitakan injil di India.

Ajaran Ev Sadhu Sundar Singh tentang siapa yang menjemput roh orang mati ini juga dianut oleh beberapa pengkotbah di Indonesia, misalnya, Pdt. Yesaya Pariadji, Pdt. Gilbert Lumoindong, Pdt. Eku Hidayat, Ev. Daud Tony dan beberapa pengkotbah lainnya. Pdt. Yesaya Pariadji bahkan menyatakan bahwa dia melihat roh orang-orang yang belum menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai juruselamat tersebut dikejar-kejar dan dicabik-cabik oleh roh-roh jahat yang menjemputnya.

Surga adalah tempat Allah menjamu orang-orang Kudus dan neraka adalah tempat Allah menghukum Iblis dan malaikat-malaikatnya dan orang-orang durhaka. Mudah sekali untuk mengimani, bahwa Allah berkuasa di Surga, namun apakah Allah juga berkuasa di Neraka? Alkitab menyatakan, bahwa malaikat adalah karyawan Allah, sedangkan roh-roh jahat adalah karyawan yang telah dipecat dan dihukum. Kenapa Allah masih mempekerjakan karyawan yang telah dipecat dan dihukum? Mungkinkah Allah kekurangan karyawan? Ajaran Ev Sadhu Sundar Singh didirikan di atas asumsi, bahwa Allah adalah raja surga sedang iblis adalah raja neraka, sedangkan dunia ini adalah medan perang bagi Allah dan Iblis untuk memperebutkan manusia. Ajaran ini bertentangan dengan ajaran Alkitab.

Saya sudah membaca belasan buku tentang pengalaman orang-orang yang menyatakan, bahwa mereka dibawa Tuhan untuk mengunjungi surga, bahkan neraka, termasuk di dalamnya buku "Surga itu Nyata". Kesimpulan saya setelah membaca buku-buku tersebut adalah, "Untuk mempercayai kisah dalam buku-buku tersebut, kita harus percaya bahwa Alkitab belum selesai di tulis dan ada banyak wahyu baru yang belum diwahyukan ketika Alkitab ditulis. Wahyu-wahyu baru tersebut sedang diwahyukan pada generasi ini."

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

John Adisubrata's picture

Tingkap-Tingkap Kebenaran

Pak Hai Hai,  

Terima kasih atas perhatian Anda untuk meluangkan waktu membaca artikel yang saya bagikan di sini, bahkan menyempatkan diri Anda untuk menanggapinya. Saya sangat menghargai waktu Anda. Terima kasih. 

Saya akui, saya adalah salah seorang dari banyak anggota-anggota SABDA Space lainnya yang sudah menjadi penggemar tulisan-tulisan Anda.  

Sayang sekali saya tidak bisa terlampau ‘involve’ dengan diskusi-diskusi yang terjadi di sini. Kesempatan saya sangat terbatas. Oleh karena itu saya hanya berusaha membaca, menikmati tulisan-tulisan Anda sekalian, atau mengirimkan artikel-artikel, tanpa mempunyai kemampuan untuk ikut terjun di dalam arena diskusi. Mohon dimaafkan. Hanya terkadang saja saya ikut menanggapi, jika keadaan sudah memaksa saya untuk ikut memberikan pendapat.  

Karena saya merasa bertanggung-jawab atas setiap tulisan-tulisan yang saya bagikan di sini, maka saya akan menanggapi tanggapan Anda.  

Saya tidak akan menjawab semua pertanyaan Anda saat ini juga, karena waktu tidak mengijinkan, tetapi saya berjanji, sebisanya saya akan memberikan jawaban kepada Anda secara berangsur. Semoga memuaskan Anda dan pembaca lainnya.  

Anda menulis: “Saya sangat tertarik dengan ungkapan anda tersebut di atas, namun ada sedikit hal yang menggelitik pikiran saya. Apabila kita membandingkannya secara kritis dengan isi firman Tuhan dan menemukan bahwa kesaksian-kesaksian tersebut bertentangan dengan firman Tuhan, apakah kita harus menganggapnya kebenaran, karena ada banyak orang yang menyatakan bahwa iman mereka terbangun oleh kesaksian-kesaksian tersebut?”  

Seperti yang saya ungkapkan di dalam artikel saya: Di Balik Tingkap-Tingkap Langit (1)’, kesaksian bagi saya adalah kesaksian. Tanpa ingin mempermasalahkan kebenaran kisah-kisah itu, saya selalu berusaha untuk menerimanya sebagai sebuah kesaksian.

Karena kesaksian sebenarnya adalah sebuah ceritera saja, mengenai pengalaman seseorang, apapun temanya, yang ia teruskan kepada orang-orang lain. Kemurniannya hanya diketahui oleh Tuhan dan orang itu saja. Kita berhak untuk mempercayai atau meragukannya. 

Saya pribadi menolak setiap kesaksian yang tidak sesuai dengan isi firman Tuhan! Sebab saya sendiri mempunyai keyakinan amat besar, bahwa firman-Nya mutlak sekali, tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun juga, bahkan oleh kesaksian-kesaksian dalam bentuk apapun!

Iman saya hanya bisa tergugah, jika hati nurani saya bisa menerima kesaksian-kesaksian tersebut sebagai kebenaran yang saya ketahui didukung dengan jelas oleh kebenaran firman Tuhan.

Tetapi itu adalah pendapat saya, Pak. Orang-orang lain, mungkin ... Anda juga, memiliki pandangan yang agak berbeda. Meskipun terkadang masih gagal, saya selalu berusaha untuk menghargai pendapat sesama.

Oleh karena itu, dalam hal ini, seperti yang sudah saya tulis di dalam artikel bagian yang kedua, saya sependapat dengan Anda. Kebenaran sebuah kesaksian hanya bisa diukur dengan kebenaran firman Tuhan saja, karena kebenaran HANYA ada di dalam Tuhan kita, Yesus Kristus 

Syalom,  

John Adisubrata

hai hai's picture

Kebenaran Dalam Tingkap-Tingkap

Pak John, tolong panggil saya hai hai, tanpa pak. Hai hai bukan nama saya yang sebenarnya, saya menggunakan nama itu, supaya setiap orang dapat memanggil saya hai atau hai hai. Tulisan anda yang saya baca pertama kali adalah kisah anda tentang otong (bukan nama sebenarnya). Umur saya saat ini 43 tahun. Ketika membaca kisah anda bertemu si otong (bukan nama sebenarnya) saya tertawa terbahak-bahak. Namun, ketika anda bercerita tentang  emak Ani, saya langsung ingat mama saya.

Waktu kecil dulu saya pernah bertanya kepada mama saya, kenapa dia mau bersusah-susah tidur larut malam dan bangun pagi-pagi buta untuk bekerja? Waktu itu dia menjawab, "Mama lakukan ini supaya kalau besar nanti, kamu tidak perlu melakukannya." Mama saya pernah sekolah di sekolah Tionghua, dia bisa menulis tulisan mandarin, namun tidak bisa menulis tulisan Indonesia. Ketika semua adik-adik saya tidak dapat membantunya untuk menulis bon/Nota, maka dia membayar teman saya, seorang guru SD untuk mengajarnya menulis agar dia bisa menulis bon/nota. Setiap kali mendengar lagu Sio Mamae, saya meneteskan air mata sambil tersenyum, karena ingat kasih mama saya. Setiap kali mendengar lagu Di doa ibuku namaku disebut, aku langsung berdoa, agar Tuhan memberi kesempatan kepada mamaku untuk menghabiskan masa tuanya dalam kebahagiaan. Setiap kali adik-adikku bertanya padaku, bagaimana mereka tahu bahwa tindakannya benar atau salah, maka saya katakan pada mereka, "Kalau elu berani melakukannya di depan mama, maka itu bukan dosa."

Setelah membaca kisah anda tersebut, saya selalu memburu karya anda di internet dan toko-toko buku serta perpustakaan-perpustakaan. Kepada seorang teman yang bertanya, kenapa saya memburu karya anda, saya bilang, "John Adisubrata adalah seekor naga yang menyembunyikan diri di balik awan." Dalam tradisi Tiongkok kuno, naga adalah salah satu dari empat makluk rohani (malaikat) yang melayani Tahta Tuhan, ketiga yang lainnya adalah Qilin (Kilin), Fonghuang (burung phoenix) dan kura-kura.

Saya pribadi menolak setiap kesaksian yang tidak sesuai dengan isi firman Tuhan! Sebab saya sendiri mempunyai keyakinan amat besar, bahwa firman-Nya mutlak sekali, tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun juga, bahkan oleh kesaksian-kesaksian dalam bentuk apapun!

Iman saya hanya bisa tergugah, jika hati nurani saya bisa menerima kesaksian-kesaksian tersebut sebagai kebenaran yang saya ketahui didukung dengan jelas oleh kebenaran firman Tuhan.

Tetapi itu adalah pendapat saya, Pak. Orang-orang lain, mungkin ... Anda juga, memiliki pandangan yang agak berbeda. Meskipun terkadang masih gagal, saya selalu berusaha untuk menghargai pendapat sesama.

Pak John, selama bertahun-tahun saya hidup seperti anda, mendisiplin diri, namun mengembangkan toleransi tak terbatas (walaupun sering gagal) pada orang lain. Suatu hari saya ingat cara mama dan papa membesarkanku. Saya anak sulung dengan 6 orang adik, 3 wanita dan 3 laki-laki. Bila saya melakukan kesalahan, maka saya sendiri yang menerima hukuman, namun ketika salah satu adik saya melakukan kesalahan, maka selain dia, semua kakaknya juga menerima hukuman. Dalam tradisi Tiongkok kuno, Nabi adalah orang yang menerima hikmat Tuhan, adalah kewajibannya untuk mengajarkannya kepada orang yang belum tahu. Ketika Tuhan menghukum bangsa Tiongkok karena tidak mentaati firman Tuhan, maka nabipun turut menerima hukuman tersebut. Sejak itulah saya menulis, karena saya merasa saya menulis lebih baik daripada saya berbicara.

Salam

Hai hai

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

John Adisubrata's picture

Di Balik Lubang Kebenaran

Dear Hai Hai,

Sebelum saya meneruskan jawaban bagi tanggapan Anda yang lalu, saya ingin meluruskan, bahwa ceritera mengenai ‘Si Otong’ atau tentang ‘Emak Ani’ yang Anda sebut di atas bukan hasil karya pena saya. Apakah mungkin Anda merancukan nama saya dengan nama orang lain? Sungguh adalah suatu ‘honour’ yang besar, bahwa Anda mau menyetarakan diri saya dengan seorang lain yang Anda gemari. Many thanks!

Mengenai Ian McCormack, biarlah saya menjelaskan sedikit mengenai latar belakang hamba Tuhan ini.

Meskipun hubungan kami berdua masih belum bisa dikategorikan sebagai sahabat, saya bisa mengatakan kepada Anda, bahwa saya mengenal dia secara pribadi. Sampai kira-kira setahun yang lalu kami sering berjumpa, dan tidak jarang kami juga saling berhubungan melalui e-mails.

Dari begitu banyak kesaksian-kesaksian mengenai ‘mati suri’ yang saya ketahui, hanya kesaksiannya saja yang bisa menjamah atau menggugah hati nurani saya secara total. Karena … walaupun tidak sama, dan juga … sangat tidak berarti jika dibandingkan dengan kedahsyatan pengalaman pertobatannya, saya juga pernah menjalani peristiwa pertobatan yang serupa. Mungkin itulah yang menjadi sebab-sebab mengapa saya bisa menghayati kesaksiannya.

Jika Anda memperhatikan setiap artikel kesaksian yang saya tulis di dalam blog SABDA Space ini, hampir semuanya selalu mempunyai hubungan dengan kenyataan, bahwa saya mengenal orang-orang yang saya ceriterakan di sana, baik secara langsung maupun tidak.

Anda menulis: Bagaimana kita menilai kesaksian orang-orang yang mengaku diundang Tuhan untuk berkunjung ke Surga maupun ke Neraka? Nampaknya mustahil untuk membuktikan, bahwa orang-orang demikian sungguh pernah meninggal, pernah ke surga, pernah ke  neraka atau tidak. Namun tidak sulit untuk membuktikan apakah yang mereka ajarkan itu sesuai dengan Alkitab atau tidak, masuk akal atau tidak?

Di sini saya juga sependapat dengan Anda, tetapi … hanya dengan satu perkecualian, … ungkapan Anda: ‘masuk akal atau tidak’! Karena saya pernah mengalaminya, saya harus mengatakan kepada Anda, yang sudah saya alami pada saat pertobatan saya, … tidak masuk di akal!  

Anda menulis: Ian McCormack bersaksi, melihat surga dari sebuah lubang bulat di belakang Yesus. Lubang tersebut muncul ketika Yesus bergerak ke samping, dan kembali tertutup ketika Yesus bergerak menutupinya. Kalau tubuh Yesus tinggi besar, maka Ian pasti menyatakannya, karena dia tidak menyatakannya, berarti tubuh Yesus biasa-biasa saja. Lubang bulat tersebut mungkin besarnya sekitar 15 inci. Apabila anda berdiri + 1 meter dari sebuah jendela bulat yang besarnya 15 inci, berapa banyak pemandangan yang dapat anda lihat? Ian McCormack bersaksi melihat seluruh surga. Mungkin ada yang bilang, tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Tetapi jelas mustahil bagi Ian McCormack melihat seluruh surga dari sebuah jendela bulat yang besarnya hanya 5 inci. Berikut ini adalah kesaksian Ian dari bukunya: A GLIMPSE OF ETERNITY.

Karena saya mengenal dia secara pribadi, saya bisa menjamin ‘integrity’ hamba Tuhan ini kepada Anda. Saya akan menggambarkan kisah sebenarnya yang tampaknya tidak terbaca oleh Anda di dalam e-Book yang terlampir di dalam website-nya. Saya akan menguraikannya sesuai dengan kisah yang ia ceriterakan kepada saya:

Mengenai PENAMPILAN YESUS:  

Laksana sebuah BOLA SINAR RAKSASA yang berkilau-kilauan memancarkan keagungan yang amat menakjubkan, sumber cahaya itu berdiri tepat di depan saya. Berkas-berkas sinar yang dipancarkan olehnya tampak begitu luas, seluas kemampuan mata saya untuk menelaah kebesarannya. KE MANAPUN SAYA MENGARAHKAN PANDANGAN, SINAR-SINAR DAHSYAT ITU SELALU MENGIKUTI DAN MEMENUHINYA!

Terpukau menatapnya saya merasa yakin sekali, bahwa sumber cahaya di hadapan saya ini adalah ‘PUSAT SEGENAP ALAM SEMESTA’!

Mengenai BESAR KECILNYA LUBANG yang Anda pertanyakan:  

Ketika mata saya masih terus berusaha keras untuk bisa mempelajari paras-Nya, tiba-tiba dengan cekatan sekali Ia bergerak menggeserkan diri-Nya ke samping kanan. Seakan-akan melalui tindakan itu Ia ingin memperingati saya untuk segera berhenti melakukannya.   

Bersama dengan diri-Nya, BERKAS-BERKAS CAHAYA INTENSIF YANG LUAS MENGELILINGI TUBUH-NYA itu juga ikut terpindah ke samping kanan.

Oleh karena hal itu terjadi dalam waktu yang amat singkat, dan juga KEPADATAN BERKAS-BERKAS CAHAYA LUAR BIASA TERSEBUT SUDAH TIDAK MENGHALANG-HALANGI PANDANGAN MATA SAYA LAGI, saya yang masih tetap menatap ke depan, … menyaksikan suatu keajaiban sorgawi yang baru!

Melalui keterangan yang saya lampirkan di atas, saya bisa menjamin kepada Anda, bahwa lubang yang dikisahkan olehnya tersebut bukan hanya sebesar 15 inci, tetapi jauh lebih besar lagi. 1000 kali, … 10000 kali atau … entah berapa kalinya! Semoga keterangan ini cukup memuaskan keragu-raguan Anda mengenai kesaksian hamba Tuhan ini.  

Mengenai versi tulisan dalam bahasa Inggris yang Anda cantumkan di atas, saya tahu sendiri, … itu adalah versi yang tidak lengkap, dan yang ditulis secara amatiran oleh salah seorang wanita (jemaat) yang bukan penulis, tetapi karena terjamah oleh kisah pertobatannya, bersedia membukukan kesaksian tersebut baginya.

Tanggapan saya yang terakhir akan segera saya susulkan dalam waktu dekat. Maaf harus membiarkan Anda menunggu. Sekali lagi terima kasih atas perhatian dan juga kesabaran Anda. Saya sangat menghargainya.

Biarlah Tuhan memberkati Anda dan keluarga Anda selalu.

Syalom,

John Adisubrata

hai hai's picture

hai Salah Menilai Ian McCormack

Pak John, terima kasih anda mau bersusah payah menulis untuk saya. Saya sudah melakukan konfirmasi kepada teman yang mengirimkan cerita otong kepada saya dan menyatakan bahwa itu adalah kesaksian John Adisubrata, bahkan saya sudah menemukan sumber dari mana kisah itu bermula. Itu memang bukan kisah anda, walaupun kisah itu yang membawa saya melacak anda. Selama ini, kisah otong tersebutlah yang membuat kisah anda nampak sedikit ganjil, dengan hilangnya kisah tersebut, maka kisah anda mengalir harmonis. Maaf, telah menganggap, kisah si otong sebagai kesaksian anda. Ha ha ha, terus terang, saya sangat berminat untuk mengejar karya-karya kartun dan cerpen anda. Saya memikirkan sebuah teori aneh, bahwa jejak-jejak orang-orang pilihan sudah nampak, walaupun mereka belum dipanggil.

Saya sendiri dipanggil Tuhan melalui kotbah seorang mahasiswa semester ke empat sebuah sekolah Theologia. Beberapa tahun kemudian, saya mendapatkan kaset kotbahnya dan mendengarkan kotbah tersebut. Tanpa mengurangi rasa hormat, menurut saya, kotbah tersebut biasa saja, bahkan cenderung ha ha ha .... Sulit mendefinisikannya, namun kotbah tersebutlah yang membuat saya mengerti anugerah Allah. Pertobatan seorang manusia memang sulit dijelaskan, supra akali, melampaui akal.

Pak John, jujur saya mengakui, bahwa saya memang memposisikan diri untuk senantiasa super kritis atas kesaksian seorang  Kristen, hal itu karena saya menemukan kenyataan, bahwa banyak sekali orang Kristen yang saya temui menjadikan pengalamannya sebagai dasar kebenaran ajaran Alkitab dan kecenderungan para pendengar kesaksian tersebut untuk mejadikannya sebagai dasar kebenaran Alkitab. Saya hanya mengetahui kesaksian Ian McCormack dari fotocopy, lalu membacanya dari e-book dan e-book buku bahasa Indonesia. Dari ketiga sumber tersebutlah saya mengetahui kisah tentang Ian McCormack dan berdasarkan sumber-sumber pustaka tersebutlah saya melakukan pengujian.

Pak John, sebelum mama saya mengenal Tuhan Yesus, dia selalu menyatakan, bahwa gua Maria adalah altar yang didedikasikan kepada dewi Kwan im, salah satu dewi yang dipuja penganut agama Dao (dibaca Tao). Itulah salah satu hal yang membuat saya berpendapat, bahwa ketika melalui sebuah pengalaman penglihatan, manusia senantiasa menafsirkannya berdasarkan apa yang telah diketahuinya. Sebuah kesaksian adalah tafsiran seorang manusia atas sebuah kejadian di dalam hidupnya, menurut saya, hal itu tidak dapat dibandingkan dengan kebenaran yang dicatat dalam Alkitab.    

Pak John, setelah anda menjelaskan, bahwa sumber pustaka yang saya gunakan untuk menguji kesaksian Ian McCormack, ternyata tidak dapat dipertanggungjawabkan, maka saya menarik kembali penilaian saya atas kesaksiannya. Bila anda berhubungan dengannya, tolong sampaikan permintaan maaf saya padanya, karena telah menilai kesaksiannya berdasarkan sumber pustaka yang salah.

Karena di surga, yang terbesar adalah anak-anak  

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

John Adisubrata's picture

Di Balik Tingkap Perumpamaan

Dear Hai Hai,

Mengenai kesaksian Daniel Ekechukwu, Anda menulis: “... apa yang diajarkan oleh Daniel Ekechukwu sehubungan dengan kebangkitannya.” 

Menurut pendapat saya, ... kesaksian bukan pengajaran. Seperti yang saya tulis sebelumnya, kesaksian adalah kesaksian. Nothing more!

Anda menulis: “Orang kaya tersebut tidak pernah berdoa kepada Tuhan, dia memohon kepada Abraham. Dengan kata lain, dia berdoa kepada Abraham. Bukankah dengan mempercayai Daniel Ekechukwu, berarti kita juga harus percaya, bahwa Abraham memiliki kuasa untuk mengabulkan doa? Selanjutnya kita boleh berdoa kepada para bapak gereja?”

“Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini.” (Lukas 16:27-28) 

Kedua ayat di atas sebenarnya berasal dari sebuah perumpamaan yang berjudul: Orang Kaya dan Lazarus yang Miskin, yang diceriterakan oleh Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya (Lukas 16:19-31) di antara ‘series’ perumpamaan-perumpamaan lainnya untuk menjelaskan beberapa ‘issues’ yang tidak dimengerti oleh mereka.

Perumpamaan bukan suatu hal yang sungguh terjadi, tetapi hanya sebuah ilustrasi saja untuk menjelaskan sesuatu untuk mempermudah penyampaiannya. Salah satu contoh yang lain adalah kisah Perumpamaan tentang Anak yang Hilang. (Lukas 15:11-32)

Kedua kisah tersebut merepresentasikan hubungan Bapa dengan anak-Nya (umat-Nya). Pada masa pelayanan-Nya Tuhan Yesus sering melakukan hal itu.

Jelas Daniel Ekechukwu bukan seorang PENOLONG seperti yang Anda maksudkan, tetapi ..., jika kesaksiannya ternyata benar-benar terjadi, ia hanya seorang yang ‘dipilih’ oleh Tuhan untuk menyampaikan suatu pesan yang harus diberikan kepada umat-Nya.

Seperti kasus Ian McCormack, mereka berdua hanya membagikan kesaksian-kesaksian mengenai pengalaman yang mereka lalui di ‘seberang sana’, yang bisa kita terima dengan senang hati atau kita tolak.

Pilihan terakhir untuk mempercayainya ada di pihak kita.

Mengenai Ev Sadhu Sundar Singh, saya akan menjawab secepatnya. Mohon sabar dahulu. Terima kasih atas perhatian Anda. 

Tuhan memberkati selalu,  

John Adisubrata

John Adisubrata's picture

Di Balik Tingkap Penglihatan

Dear Hai Hai,

Kali ini benar-benar jawaban saya yang terakhir. 

Mengenai kesaksian penglihatan Ev Sadhu Sundar Singh, saya juga harus mengakui, bahwa ketika saya membacanya untuk pertama kali, hati nurani saya menolak isinya. Tetapi seperti yang sudah saya tulis di dalam artikel Di Balik Tingkap-Tingkap Langit (2), saya mempertimbangkan lagi kisah penglihatannya tersebut, … meskipun tidak semuanya sesuai dengan pandangan saya, setelah melihat dan mendengar sendiri reaksi saudara seiman yang saya kasihi di ranjang kematiannya di rumah sakit, ketika saya mengunjunginya. 

Anda menulis: “Ev Sadhu Sundar Singh jelas bukan orang pertama yang memperkenalkan Kristus kepada bangsa India. Menurut sejarah, Kekristenan sudah ada di India pada tahun 52, itu berarti 18 abad sebelum Ev. Sadhu Sundar Singh memberitakan injil di India.”

Anda jitu dengan keterangan ini, sebab Injil hanya bisa diketahui oleh Sundar Singh melalui sebuah sekolah misionari Kristen, di mana ia dikirim oleh ibunya untuk mempelajari bahasa Inggris. Kegiatan misionari memang sudah ada jauh sebelumnya di sana. Bahkan ‘dikabarkan’, ... rasul Yohanes pernah pergi mengunjungi negara itu (ca 50 AD).

Sesuai buku yang saya baca, yang pertama-tama berhasil menembus kekokohan kubu-kubu pertahanan Iblis, dan memperkenalkan Kristus kepada penduduk India adalah Ev Sadhu Sundar Singh. Masyarakat yang sudah dikuasai oleh kuasa-kuasa gelap dan penyembahan-penyembahan berhala ternyata bisa ‘relate’ sekali dengannya dan akhirnya mau menerima Kristus, oleh karena cara-cara hidupnya yang sederhana di mana ia mampu membaur dengan rakyat jelata yang biasanya sukar sekali untuk diraih oleh misionari-misionari Kristen lainnya yang kebanyakan adalah orang-orang yang ... selalu berasal dari negara feodal Inggris.

Tentang ‘ajaran’-nya yang diikuti oleh beberapa pendeta di Indonesia, saya tidak ingin memberikan komentar.

Anda menulis: “Saya sudah membaca belasan buku tentang pengalaman orang-orang yang menyatakan, bahwa mereka dibawa Tuhan untuk mengunjungi surga, bahkan neraka, termasuk di dalamnya buku “Surga itu Nyata”. Kesimpulan saya setelah membaca buku-buku tersebut adalah, “Untuk mempercayai kisah dalam buku-buku tersebut, kita harus percaya bahwa Alkitab belum selesai di tulis dan ada banyak wahyu baru yang belum diwahyukan ketika Alkitab ditulis. Wahyu-wahyu baru tersebut sedang diwahyukan pada generasi ini.”

Menurut pendapat saya, Alkitab sudah selesai ditulis dan diakhiri oleh Kitab Wahyu. Sesudah itu tidak ada kitab-kitab lain yang bisa mengatakan, bahwa mereka harus meneruskan isi firman Tuhan, karena Alkitab tidak berhasil menyelesaikannya.

Tetapi selain itu, kita juga harus menyadari, bahwa perkembangan zaman masih akan terus berjalan, dan sesuai ayat-ayat petikan di bawah ini yang pasalnya harus dibaca secara keseluruhan: 

“Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita.” (Roma 12:6)

dan 

“Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan.” (1Korintus 12:8)

dan

“Akan terjadi pada hari-hari terakhir--demikianlah firman Allah--bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi. Juga ke atas hamba-hamba-Ku laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu dan mereka akan bernubuat. Dan Aku akan mengadakan mujizat-mujizat di atas, di langit dan tanda-tanda di bawah, di bumi: darah dan api dan gumpalan-gumpalan asap.” (Kisah Para Rasul 2:17-19) 

... penglihatan-penglihatan, mimpi-mimpi, wahyu-wahyu dan mujizat-mujizat masih akan ada dan akan terus terjadi sampai kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus, untuk kedua kalinya!

Pernyataan di atas ini bukan bermaksud, bahwa saya dengan membabi buta menyetujui setiap buku kesaksian mengenai mati suri, mimpi, penglihatan dan lain sebagainya, yang pernah saya baca atau ketahui. Tergantung isinya, dan siapa yang sudah menulis buku-buku tersebut.

Selama semua itu tidak melenceng dari kebenaran isi firman Tuhan, saya rasa itu bukan merupakan suatu masalah besar bagi saya untuk meragukannya, sebab saya tahu, ... Roh Kudus masih tetap berada di bumi, kuasa-Nya masih tetap dicurahkan dari sorga dan Ia masih tetap bekerja melalui umat-umat yang sudah dipilih oleh-Nya untuk meneruskan pekerjaan Tuhan Yesus di dunia, sampai kedatangan-Nya kembali!

Semoga uraian bersambung di atas cukup memuaskan semua pertanyaan dan keragu-raguan hati Anda atas isi artikel tulisan induk saya.

Maaf, jika kurang jelas. Maklum Pak, saya juga masih belajar kok. Thanks banget atas perhatiannya!

Syalom,  

John Adisubrata

hai hai's picture

Penglihatan Di Balik Tingkap

Pak John, pertama kali saya membaca buku Sadhu Sundar Singh, saat itu saya masih sekolah SMA. Hingga saat ini, saya telah membaca bukunya berkali-kali. Memang, Sadhu Sundar Singh  adalah orang pertama yang memberitakan Injil kepada orang India dengan cara India. Saya tidak pernah meragukan keberhasilan pelayananya, juga tidak pernah meragukan ketulusan pelayanannya. Namun, mengenai kesaksiannya, bahwa roh-roh jahatlah yang menjemput roh orang-orang yang belum menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya ketika mereka mati, saya sama sekali tidak dapat menerimanya.

 

Saya percaya, iblis dan roh-roh jahatnya adalah karyawan Allah yang telah dipecat, neraka adalah tempat Allah menghukum iblis dan roh-roh jahatnya serta manusia-manusia durhaka. Allah adalah Tuan (Tuhan) neraka, mustahil Tuhan memakai karyawanNya yang telah dipecat untuk menjemput roh orang-orang durhaka.

Beberapa pengkotbah yang mengikuti ajaran Sadhu Sundar Singh, bahwa roh-roh jahat yang menjemput roh orang-orang durhaka ketika mereka mati, saat ini mengajarkan, bahwa Iblis adalah penguasa neraka dan berkuasa atas roh-roh orang durhaka.

Saya kembali mencek 3 buku sejarah gereja yang saya miliki saat ini, namun tidak menemukan tulisan bahwa rasul Yohanes pernah menginjil ke India. Yang tercatat adalah rasul Thomas dan rasul Bartolomeus, serta Pantaenus.

Pak John, saya sudah membaca hampir semua tulisan anda di sabdaspace. Dengan rendah hati saya mengakui, tulisan-tulisan anda banyak membuat saya pontang-panting mempelajari Alkitab dan melaluinya saya mendapatkan pemahaman baru yang memperkaya kehidupan rohani saya dan pergumulan hidup saya, terima kasih sudah menyediakan waktu untuk menulis.

Pak john, mungkin anda tidak menyadarinya, tetapi saya benar-benar mencoba untuk meniru anda ketika menulis, setiap kalimat yang anda tulis penuh makna, namun tidak menyediakan ruang bagi pembacanya untuk menafsirkan selain yang anda maksudkan. Saya berlatih keras dan berdoa, supaya suatu saat nanti saya dapat menulis seperti anda.

Salam hormat,

Hai hai                 

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

John Adisubrata's picture

Di Balik Pintu 'Gehenna'

Dear Hai Hai,  

Anda menulis: “Saya percaya, iblis dan roh-roh jahatnya adalah karyawan Allah yang telah dipecat, neraka adalah tempat Allah menghukum iblis dan roh-roh jahatnya serta manusia-manusia durhaka. Allah adalah Tuan (Tuhan) neraka, mustahil Tuhan memakai karyawanNya yang telah dipecat untuk menjemput roh orang-orang durhaka.  

Beberapa pengkotbah yang mengikuti ajaran Sadhu Sundar Singh, bahwa roh-roh jahat yang menjemput roh orang-orang durhaka ketika mereka mati, saat ini mengajarkan, bahwa Iblis adalah penguasa neraka dan berkuasa atas roh-roh orang durhaka.”  

Allah yang menyebut diri-Nya sendiri: I AM, juga dikenal sebagai Alfa dan Omega, Yang Terawal dan Yang Terakhir. Ia berkuasa atas segala-galanya yang ada di sorga dan di dunia, bahkan atas semua umat ciptaan-Nya. Apa yang tampaknya masih belum ada dulu, sekarang dan yang akan datang, sebenarnya sudah ada bagi Dia. 

Jika Anda membaca dua pasal pembukaan Kitab Ayub, salah satu kitab Perjanjian Lama yang menurut saya paling sukar untuk dimengerti, Anda akan melihat, bahwa Allah Bapa mengijinkan Iblis untuk ‘mengerjai’ Ayub, hamba-Nya yang paling saleh pada zaman itu.  

‘Maka firman TUHAN kepada Iblis: “Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya.” Kemudian pergilah Iblis dari hadapan TUHAN.’ (Ayub 1:12)  

‘Maka firman TUHAN kepada Iblis: “Nah, ia dalam kuasamu; hanya sayangkan nyawanya.” (Ayub 2:6)  

Itu hanya salah satu contoh saja yang tertulis di dalam Alkitab di antara banyak sekali contoh-contoh yang lain yang menunjukkan, bahwa meskipun Tuhan tampaknya membiarkan sesuatu hal terjadi pada kita, Ia tetap in control di dalam setiap perkara. Ia juga berkuasa mutlak atas hari dan tanggal kematian setiap umat-Nya, baik yang percaya kepada-Nya, maupun mereka yang sudah menolak Dia.  

Selain itu Ia berhak untuk membiarkan Iblis dan antek-anteknya melakukan segala kehendak mereka pada orang-orang yang sudah terang-terangan memihak kepada mereka! Bukankah orang-orang tersebut sudah menjadi ‘milik’ mereka?  

Iblis pada saat ini masih ‘menguasai’ kerajaan dunia. Jika Anda memperhatikan Matius 4:1-11, dengan berani sekali ia menawarkan untuk memberikan semuanya itu kepada Tuhan Yesus, asal saja Ia mau menuruti perintahnya! Hal seperti itu juga masih terus dikerjakan olehnya saat ini di dunia, di antara anak-anak Tuhan.  

Menurut pandangan saya, selama mempelajari isi firman Tuhan dengan tuntunan Roh Kudus, neraka (Gehenna) sebenarnya masih belum ada, atau paling sedikit tempat itu masih belum berfungsi. Yang ada hanya dunia orang mati (Sheol), di mana roh-roh orang murtad, dan yang sudah berani menolak tawaran kasih karunia Kristus menunggu saat penghakiman terakhir.

Tetapi … untuk menghindari timbulnya kontroversi gara-gara ungkapan saya tersebut, saya kutipkan sekali lagi kalimat yang saya tulis sebelumnya:Apa yang tampaknya masih belum ada dulu, sekarang dan yang akan datang, sebenarnya sudah ada bagi Dia, sebab Ia adalah Alfa dan Omega.” 

Neraka (Gehenna) baru akan berfungsi untuk selama-lamanya sesaat sebelum masa Kerajaan Seribu Tahun dimulai. Silahkan membaca Kitab Wahyu pasal 19 dan 20. Saya petikan beberapa ayat-ayat yang mendukung tulisan saya tersebut (tapi ... mohon pasalnya dibaca secara keseluruhan):

“Maka tertangkaplah binatang itu dan bersama-sama dengan dia nabi palsu, yang telah mengadakan tanda-tanda di depan matanya, dan dengan demikian ia menyesatkan mereka yang telah menerima tanda dari binatang itu dan yang telah menyembah patungnya. Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang.” (Wahyu 19:20)  

“Tetapi orang-orang mati yang lain tidak bangkit sebelum berakhir masa yang seribu tahun itu. Inilah kebangkitan pertama.” (Wahyu 20:5)  

“… dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya.” (Wahyu 20:10)  

“Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.” (Wahyu 20:14-15)  

Yang akan dicampakkan ke dalam neraka secara berurutan oleh Tuhan, pertama-tama adalah binatang bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh, nabi palsu, lalu … setelah kerajaan seribu tahun berlalu, Iblis dan malaikat-malaikatnya, maut dan kerajaan maut. Baru sesudahnya … orang-orang yang memihak kepada Iblis, orang-orang yang sudah menjadi ‘milik’-nya!  

Jadi menurut pendapat saya, ... mustahil bagi mereka, baik Iblis, malaikat-malaikatnya, maupun roh-roh jahat yang sudah terhukum di sana untuk pergi ‘jalan-jalan’ mengunjungi orang-orang yang mau mati. Jika sudah menjalani hukuman, maka mereka akan tinggal di situ untuk selama-lamanya. Alkitab dengan jelas mengatakannya!  

Tetapi mohon diperhatikan, saat ini ... mereka masih belum dihukum di sana!  

Menurut pendapat saya, ada kemungkinan yang dimaksudkan oleh Ev Sadhu Sundar Singh berbeda dengan yang tertulis di dalam bukunya. Jika saya perhatikan, buku-buku (e-Books) itu, baik di dalam bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia, disajikan dengan tata bahasa yang kocar-kacir, yang dapat menimbulkan berbagai pertanyaan di dalam hati kita mengenai kebenarannya. Saya mengaku, pandangan tersebut adalah persepsi saya yang mula-mula mengenai kesaksiannya.  

Jadi … bagi saya, untuk melihatnya secara positif saja, mungkin maksud kesaksian penglihatan Sundar Singh tidak dilukiskan secara tepat olehnya, atau oleh para penterjemahnya.  

Yang pasti, yang didukung oleh firman Tuhan, dunia ini sedang dikuasai oleh kuasa-kuasa kegelapan, di mana roh-roh jahat bekerja secara overtime di akhir zaman untuk menyeret sebanyak-banyaknya para pengikut mereka masuk ke dalam tempat yang sebenarnya sudah ditentukan untuk menjadi tempat penghukuman mereka saja! Sheol dulu, dan Gehenna kemudian. Mungkin itu yang dimaksudkan olehnya.

Paragraf penutup yang saya tulis di bawah ini hanya hasil penelaahan saya saja mengenai salah satu kemungkinan, … jadi bukan berarti ini harus pernyataan yang dimaksudkan oleh Ev Sadhu Sundar Singh:  

Roh-roh jahat yang berkeliaran di dunia bebas menjemput orang-orang yang mau mati, orang-orang yang menolak Kristus, yang tentu secara default sudah menjadi milik mereka, untuk menyeret mereka ke dunia orang mati (Sheol), tempat di mana mereka semua akan menunggu saat Pengadilan Agung yang akan dilaksanakan setelah kerajaan seribu tahun berlalu.  

Semoga uraian saya ini cukup memuaskan. Terima kasih atas perhatian Anda. Tuhan memberkati selalu.  

Syalom,  

John Adisubrata

John Adisubrata's picture

Di Balik Langit Yang Biru

Dear Hai Hai,  

Anda menulis: “Saya kembali mencek 3 buku sejarah gereja yang saya miliki saat ini, namun tidak menemukan tulisan bahwa rasul Yohanes pernah menginjil ke India. Yang tercatat adalah rasul Thomas dan rasul Bartolomeus, serta Pantaenus.”  

Saya mohon maaf atas keteledoran saya di dalam hal ini. Anda benar, dari ke-12 murid Tuhan Yesus yang ‘dikabarkan’ sudah mengunjungi India tahun 50-an untuk memberitakan Injil adalah Tomas, bukan Yohanes. Karena diburu oleh waktu yang amat mendesak awal minggu yang lalu, saya tidak mengecek ulang data yang saya ketahui. Sekali lagi maaf.  

Hai Hai, saya yakin setiap orang unik di mata Tuhan. Oleh karena itu panggilan kita untuk bekerja di ladang-Nya juga mempunyai tujuan-tujuan tersendiri, sesuai kemampuan kita masing-masing.  

Melalui arena SABDA Space ini saya melihat begitu banyak orang-orang yang sangat berbakat di bidang menulis. Semuanya dengan kelebihan-kelebihan tersendiri, yang bisa membantu orang-orang lain, seperti saya, yang sangat memerlukannya.  

Saya akui, bahwa saya mengagumi karya-karya Anda dan juga rekan-rekan lainnya. Selama setahun, arena yang penting ini sudah memperkaya pengetahuan vocabulary saya, tata bahasa Indonesia yang jauh lebih baik, tehnik-tehnik menulis yang lebih modern, bahkan mendapatkan kesempatan untuk mengenal para penulis yang lain, meskipun hanya melalui dunia maya.  

Sedari kecil saya sangat mencintai segala hal yang berhubungan dengan kesenian, baik seni musik, seni lukis, maupun seni menulis. Dan setelah bertahun-tahun berkelana di negeri-negeri orang, arena SABDA Space ini sangat saya perlukan untuk membangun kembali pengetahuan saya mengenai tata bahasa Indonesia, yang mau tidak mau, sudah mulai mengabur, karena jarang sekali saya pergunakan di dalam bidang pekerjaan saya sehari-hari.  

Anda sekalian sudah menjadi inspirasi saya. Ingin sekali saya menyebut nama-nama yang sudah mempengaruhi diri saya. Tetapi … mungkin lebih baik tidak, sebab saya kuatir … nanti ada yang kelompatan!  

Hai Hai, tahukah Anda, bahwa kita berdua sebenarnya sudah mempunyai banyak sekali persamaan? Saya beri satu contoh saja.  

Pada saat saya menulis artikel Di Balik Tingkap-Tingkap Langit bagian yang pertama, dan berhasrat untuk mengirimkannya ke SABDA Space, dalam waktu yang bersamaan, saya melihat dan membaca artikel Anda: Di Seberang Langit Biru, kisah mengharukan mengenai kehidupan adik perempuan Anda, dan juga kesetiaan ibu Anda yang penuh hikmat.  

Artikel yang masih belum selesai saya tulis tersebut sebenarnya diilhami oleh seorang sahabat/saudara seiman yang sedang melalui tahap-tahap terakhir masa kehidupannya oleh karena penyakit kanker payu dara yang sudah tersebar di dalam seluruh tubuhnya. Akhirnya ia meninggal dunia dan dikuburkan minggu yang lalu. Oleh karena itu ... saat itu waktu saya sangat terbatas, sebab saya ikut membantu di upacara gerejanya. Hampir setiap malam, sepulang dari kerja ada rehearsal bagi persiapan pemakamannya.  

Percayakah Anda, artikel itu ... pada waktu saya menulis lengkap bagian yang pertama, dan 50% bagian yang kedua, sebenarnya berjudul: Di Balik Langit Yang Biru 

Agar fair dan tidak mengganggu artikel baru Anda pada waktu itu, saya ‘terpaksa’ harus mengubah judulnya. Saya tidak mau membingungkan para pengunjung SABDA Space yang berminat untuk membaca artikel Anda.  

Saya yakin, Anda tidak perlu mengubah cara-cara Anda, sebab banyak dari tulisan-tulisan yang Anda kirimkan ke sini sudah sangat berbobot.  

Menurut saya, tehnik tulisan Anda sesuai sekali dengan keistimewaan bakat yang sudah Tuhan karuniakan kepada Anda. Oleh karena itu Anda ditempatkan di sini, ... untuk melayani kami.  

God bless you, dear brother! Thank you!

Syalom,  

John Adisubrata

hai hai's picture

Pak John, Teman-teman, Terima Kasih

Pak John, terima kasih atas pujiannya. Terima kasih sudah mengganti judul tulisannya demi penghargaan atas tulisan saya. Terima kasih telah membangkitkan semangat saya dan terima kasih pula telah memberi banyak inspirasi dan pengetahuan melalui tulisan-tulisannya.

Saya setuju dengan anda, banyak sekali persamaan di antara kita. Mungkin karena darah yang menebus dosa kita mengalir dari tubuh yang sama, mungkin karena Alkitab yang kita baca sama, mungkin karena kita keturunan sepasang manusia yang sama dan kita sama-sama menyembah Allah yang sama.

Saya suka dengan sabdaspace, terutama saya suka dengan teman-teman di sabdaspace. Kita saling berinteraksi dan saling mempengaruhi lewat cara yang sangat unik secara positif. Kita saling kangen, padahal belum pernah saling bertemu, kita saling mendoakan secara diam-diam.

Salam

Hai hai

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak