Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Menabur dan Menuai

sarlen's picture

Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diriNya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.
(Galatia 6 : 7)

Pada dasarnya, inti dari ajaran Tuhan Yesus itu adalah kasih. Adanya kasih didalam hati, akan menyempurnakan seluruh aspek kehidupan manusia. Tanpa adanya kasih, perjalanan kehidupan manusia akan terasa hambar.

Dalam berinteraksi dengan sesama manusia, kasih membuat pertemanan dapat dilalui tanpa adanya konflik. Ekspresi dari perbuatan kasih, menghadirkan sebuah komunitas pertemanan yang saling mendukung dan saling menghargai.

Akan tetapi, dalam kondisi dan situasi tertentu, seseorang justru memposisikan kasih itu sebagai sebuah alasan atau sarana untuk menyenangkan diri sendiri, karena adanya kepentingan atau keinginan tertentu yang ingin dipuaskan, maupun karena seseorang itu tidak dapat mengendalikan emosinya.

Yaaa… terkadang manusia menterjemahkan makna kasih itu sesuka hatinya, sehingga perbuatan atau ucapan yang keluar dari mulutnya, mengalir begitu saja. Ada kesan, kalau perbuatan atau ucapan itu, tidak dipikirkan terlebih dahulu.

Apapun bentuknya, suatu perbuatan atau ucapan yang dinyatakan tanpa didasari oleh suatu kesadaran diri maupun sikap yang bijaksana, memiliki konsekuensi. Dalam hal ini, konsekuensi itu akan diperoleh atau dirasakan pada suatu waktu nanti.

Masalahnya, nilai konsekuensi itu bagaikan sebuah nilai akumulasi. Apabila kita bisa menjaga sikap maupun perilaku kita dalam tindakan dalam berucap kepada orang lain, maka kita akan merasakan kasih dari orang lain yang lebih besar dan lebih baik dari perbuatan kasih yang pernah kita tunjukkan kepada orang lain itu.

Sedangkan pada sisi sebaliknya, apabila kita lalai menjaga sikap serta perilaku kita dalam tindakan atau dalam berucap kepada orang lain, maka kita akan kondisi yang lebih tidak menyenangkan dari orang lain juga pada suatu saat nanti. Dalam film The Natural, Roy Hobbs mengatakan, “Sebagian kesalahan memiliki dampak yang harus Anda tanggung seumur hidup.”

Respon yang bermakna timbal-balik akan muncul terhadap setiap bentuk perbuatan atau ucapan yang kita sampaikan pada orang lain. Oleh karena itu, rasa-rasanya patut untuk selalu kita ingat, kalau kita sebaiknya menghindari adanya dosa semenjak awal, karena apabila dosa itu kita lakukan, maka kita harus mengalami pergumulan untuk dapat mengatasi dampak karena adanya dosa tersebut.

Baik atau buruknya segenap perbuatan atau ucapan yang kita nyatakan kepada orang lain, memang dapat menciptakan suatu situasi atau keadaan yang sering kali tidak kita pikirkan dapat terjadi pula pada diri kita. Melalui tulisannya dalam kitab Galatia ini, Rasul Paulus ingin mengingatkan kita agar dapat bertindak atau mengucapkan sesuatu dengan bijaksana.

Kiranya masing-masing kita patut bersyukur, karena ayat Firman Tuhan tersebut telah dinyatakan untuk mengingatkan kita, agar kita dapat dengan tulus melakukan segenap perbuatan atau ucapan yang dilandasi oleh kasih, tanpa pamrih, dan tanpa menimbang atau lihat-lihat situasi.

Tabur dan menuai adalah sebuah hukum yang berlaku universal. Apabila kita sadar dan tahu, kalau kita menabur sesuatu yang tidak baik dalam hidup ini maka suatu saat nanti kita pun akan menerima konsekuensi atas perbuatan kita itu, selayaknyalah kita tidak larut dengan sikap dan perilaku yang menghadirkan dosa.

Setiap anak-anak Tuhan janganlah menanamkan prinsip spekulatif dalam memahami konsepsi tabur dan menuai ini. Maksudnya, kita menghadirkan anggapan atau suatu pemikiran pendek, kalau setiap konsekuensi biarlah nanti terjadi, maka itu samalah artinya kita belum mau seutuhnya belajar untuk melakukan hal yang benar.

Kita sebaiknya tidak berkompromi dengan perbuatan salah yang menghadirkan dosa, oleh karena kita begitu berambisi untuk memenuhi keinginan atau kepentingan pribadi. Sebisa mungkin, sebelum kita melakukan atau mengatakan sesuatu tentang orang lain, kita mengingat akan adanya hukum tabur dan menuai ini.

Apabila kita bisa mengungkapkan kasih dengan sejujurnya dan setulus hati, maka kita akan tahu dan dapat merasakan, betapa indah kasih itu ada di hati kita, betapa baik Tuhan telah menyatakan kasihnya kepada anak-anakNya.

Tuhan Yesus memberkati kita semua.

.Sarlen Julfree Manurung