Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Menunggu

iik j's picture

Pelajaran yang begitu berharga itu hanya terletak pada sebuah kata, menunggu. 

 

Viani mengusap lembut kepala Thomas anaknya. Bocah kecil bermata besar, alis tebal, rambut keriting ini merupakan perpaduan suku Tionghoa dan Papua. Aku tersenyum menatapnya dan berkata “Tampan sekali anakmu ini”

“Seandainya waktu bisa diputar… aku akan setia menunggu”

“Ya…” kataku masih sambil menatap takjub si kecil Thomas

“Manusia, seringkali menginginkan semua hal terjadi dengan cepat dan instant… tak terkecuali aku. Aku dan papanya Thomas telah bertunangan waktu itu, hmmm… entah kenapa kami tak sabar menunggu saat itu tiba. Kami malah memberikan pencobaan kepada diri kami sendiri. Ujung jalan yang telah terlihat malah menjadi belokan terjal, berbatu dan gelap” cerita Viani sambil matanya menerawang

“Menunggu kadang menjadi bagian tersulit yang harus dilewati” kataku

“Ya, dan aku berharap itu tidak pernah terjadi pada siapapun lagi. Siapa yang bisa membayangkan melangsungkan ‘perjamuan nikah’ dan ‘janji suci’ dengan satu tangan menggendong Thomas. Aku sendiri tak pernah memimpikannya. Kami terjatuh dalam, dan jika mampu bangkit mungkin itu semata-mata karena anugerah” kata Viani sambil tersenyum

“Ya. Ini tentang kesabaran menunggu” kataku

“Ya. Tentang kesabaran menunggu waktu…” kata Viani lagi

Masih jelas di ingatanku saat melihatnya mengucapkan janji nikah dengan pria yang teramat dicintainya itu sambil menggendong anaknya. Tenggorokanku tercekat, kelu, dan mataku kabur.

Pelajaran yang begitu berharga itu hanya terletak pada sebuah kata, menunggu.

~ 0 ~