Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Sekilas dari Keabadian (13)

John Adisubrata's picture

Kesaksian Ian McCormack

Oleh: John Adisubrata

‘JEMPUTAN’ KEDUA

“Ya, aku tahu: Engkau membawa aku kepada maut, ke tempat segala yang hidup dihimpunkan.” (Ayub 30:23)

Victoria Hospital terletak di atas sebuah dataran bukit yang cukup tinggi di kota Quatre Bomes. Oleh karena itu, pada waktu kami mulai memasuki daerah tersebut, di mana jalannya terasa amat berliku-liku, pengemudi ambulans itu harus menekan pedal gas mobil sedalam-dalamnya, agar mesin kendaraan yang sudah tua itu mampu membawa kami naik ke puncaknya.

Ketika dengan bersusah-payah sekali ambulans itu berusaha mendaki jalan yang menanjak tinggi untuk bisa memasuki pekarangan rumah sakit tersebut, tubuh saya yang terbaring dengan kepala di bagian belakangnya, merasakan kederasan arus peredaran darah saya yang mengalir dari bawah ke atas badan, mengakibatkan racun yang ada di dalamnya ikut terbawa dan menyerang semua organ-organ vital tubuh saya.

Saat itu juga saya menyadari untuk kedua kalinya, bahwa maut sudah berdiri di ambang pintu lagi, bersiap-siaga menunggu setiap kesempatan yang ada untuk bisa merengut nyawa saya!

Dalam keadaan yang amat kritis itu, mata saya yang sedang terbuka lebar menatap langit-langit mobil, tiba-tiba menyaksikan dengan jelas sekali sebuah gambar hidup yang seolah-olah sedang dipertunjukkan di layar perak bioskop.

Di sana saya mengikuti kisah hidup seorang anak laki-laki yang berambut pirang, … hampir putih seperti platina yang berkilau-kilauan. Berbagai bagian-bagian terpenting mengenai perkembangan hidupnya diperlihatkan di depan mata saya secara terperinci sekali. Kisah mengenai tahap-tahap pertumbuhannya, dari bayi sampai menginjak usianya yang dewasa. Tetapi yang lebih menakjubkan lagi, … kisah yang ditampilkan di dalam gambar hidup tersebut tampak tidak asing bagi saya.

Tiba-tiba saya tersentak kaget!

“Oh, … semua yang kulihat di sana sebenarnya adalah potongan-potongan ringkas riwayat hidupku sendiri!” Hati saya menjerit pilu: “Apakah mungkin saat ini adalah saat kematianku? Bukankah menurut hasil penyelidikan umum, orang-orang yang sedang menghadapinya selalu menyaksikan kilas balik seluruh riwayat hidup mereka sendiri? Apakah ini yang mereka maksudkan? Apakah ajalku sudah tiba?”

Ketika saya masih kebingungan menyaksikan gambar hidup tersebut, tiba-tiba saya melihat ibu saya tampil tepat di depannya. Dengan sinar pandangan mata yang amat tajam ia menatap wajah saya, penuh dengan kuasa dan wibawa yang menakjubkan.

Terkejut dan terheran-heran saya bertanya-tanya: “Mengapa Mama ada di sini? Apakah yang sedang terjadi?”

Sebelum sempat memikirkannya terlebih lanjut, saya mendengar ia berkata: “Ian, apapun yang terjadi di dalam hidup ini, bagaimanapun sulitnya keadaan yang harus engkau hadapi, bahkan sejauh apapun jarak hidupmu dari pada Tuhan pada saat itu, jika engkau berdoa dari lubuk hatimu yang terdalam, Tuhan AKAN selalu mendengar doamu, menjawab dan menolong engkau.” (1) (2)

“Berdoa kepada … Tuhan?” Termangu-mangu saya mempertanyakannya.

Oh, … saya menyadari keadaan diri saya. Sudah lama sekali saya terpisah jauh dari segala hal yang berbau keagamaan. Atas keputusan sendiri, saya sudah meninggalkan Tuhan, bahkan dengan berani sekali saya membelakangi diri-Nya, seolah-olah Dia tidak pernah ada di dalam ingatan saya!

Sebagai seorang ‘atheist’, saya benar-benar sudah tidak mempunyai waktu lagi untuk memikirkan hal-hal kerohanian, apalagi mengadakan waktu bagi Tuhan!

Selain itu semenjak masa remaja, saya mempunyai pendapat yang sangat ekstrim, dan juga … ‘sarcastic’ sekali.

Saya yakin, Tuhan adalah hasil karya khayalan orang-orang yang ‘berjiwa lemah’, orang-orang yang tidak bisa mengandalkan kekuatan mereka sendiri untuk menghadapi kenyataan hidup yang sebenarnya. Oleh karena itu mereka ‘menciptakan’ Tuhan dan agama, berdasarkan imajinasi pikiran-pikiran mereka sendiri sebagai ‘alasan’ atau ‘tempat pelarian’ mereka, apabila mereka sudah tidak mampu lagi untuk membuktikan semua itu secara logis.

Bukankah sering kali mereka juga menggunakan ajaran-ajaran agama untuk menghakimi atau menakut-nakuti orang-orang lain yang belum percaya, terutama jika hal itu bersangkutan dengan tema kehidupan abadi sesudah kematian jasmani mereka!

Malam itu, terbaring di dalam ambulans dalam keadaan sekarat dan tidak berdaya, saya terpaksa harus menerima kenyataan yang sebenarnya, bahwa saya tidak mempunyai pilihan-pilihan lain lagi yang bisa memberikan kepada saya sebuah jalan keluar di dalam menghadapi masalah yang amat rumit dan membingungkan ini.

Dengan hati kalut saya bertanya-tanya: “Apakah ternyata Tuhan itu benar-benar ada? Apakah mungkin selama ini justru pendapatku yang keliru? Apakah kehidupan sesudah kematian ternyata bukan suatu khayalan manusia belaka?” 

(2) Catatan Kaki:

Ternyata tepat pada saat yang bersamaan, Ibu Marie McCormack di New Zealand menerima wahyu dari Tuhan. Ia melihat tubuh anaknya, Ian, sedang terbaring tertelentang menatap ke atas dengan mata yang terbelalak lebar. Kedua-duanya berwarna merah darah memancarkan rasa takut yang tak terlukiskan. Pada saat itu juga ia mendengar perintah Tuhan untuk segera memanjatkan ‘doa peperangan’ bagi keselamatan hidup Ian!

(Nantikan dan ikutilah perkembangan kesaksian bersambung ini)  

SEKILAS DARI KEABADIAN (14)

Kesaksian Ian McCormack

BERDOA KEPADA TUHAN YANG MANA?

Pengunjung's picture

membawa kepada maut

pa john entah kenapa saya begitu tertarik dengan kisah ini dari awal , yang saya tahu saat ini saya sedang mengalami seperti Ian pikirkan pada bagian ke 13 walaupun tidak sekarat yang Ian alami, sudah lama saya tidak berdoa, yang ada hanya ucap syukur ada makanan ini hari, selain itu tidak ada. dan sama dengan Ian pikirkan "bahkan dengan berani sekali saya membelakangi diri-Nya, seolah-olah Dia tidak pernah ada di dalam ingatan saya!" hanya tahu Tuhan itu ya ada that's it! di sabdaspace ini hanya membaca kisah atau artikel, kadang ada juga menulis, karena sudah jarang sekali membaca alkitab dan tidak lagi berdoa, yang ada hanya ucap syukur ada makanan ini hari, selain itu tidak ada bahkan dapat dihitung dengan jari itu juga kalau lagi buka sabda.org untuk mencari ayat dari artikel sabdaspace dan kutipan dari bloger, sudah selama 3tahun belakangan ini yang sebelumnya setiap paginya selalu sempatkan untuk membaca. saya sudah tidak sabar menunggu kelanjutannya.
Dedy Yanuar's picture

Tidak Penting Bagi Orang Yang Tidak Penting

Kesan pertama aku lihat "waw banyak juga tulisannya".

Kesan akhir yang aku baca "Dikit amat tulisannya".

"Aduh bersambung lagi"

"Sampai ketemu lagi"

GBU

John Adisubrata's picture

Apa Maksudnya?

Pak Dedy,

Aku kok engga 'ngerti maksudmu dengan judul komentar: 'Tidak Penting Bagi Orang Yang Tidak Penting'. Apa hubungannya dengan isi tulisanku di atas?

Juga isi komentarnya kok engga nyambung. Apa maksudnya? Maaf, engga bisa nangkep artinya.

Tuhan memberkati selalu,

John Adisubrata

hai hai's picture

Maksud Dedenya Dydy

Wah, pak John kelamaan berkelana sehingga mulai lupa sama gaya orang Indonesia. Maksud Dedenya si Dy Dy, pertama kali dia liat nama pak john di daftar bloger, dia menganggap tulisan pak John banyak sekali. Namun, setelah membacanya, dia baru tahu bahwa tulisan pak John yang banyak itu ternyata masih kurang banyak baginya (bagi Dedy).

Dedy sedang menyatakan bahwa dia adalah penggemar tulisan pak John dan selalu menunggu tulisan pak john muncul.

Tidak penting bagi orang yang tidak penting, dia sedang menyindir hai hai yang menulis di shoutbox,

"Pak John, saya lebih suka anda menceritakan kisah Ian dengan lebih santai. Terburu-buru membuat kiah Ian kurang terasa gregetnya!"

Dedy pikir, saya menganggap tulisan pak John ini tidak penting, makanya memohon pak john menuliskanya pelan-pelan.

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

John Adisubrata's picture

Hai Hai Harus Jadi Penterjemah

Thanks Hai Hai, ... sudah dijelasin, soalnya tadi aku agak bingung, engga tahu maksud si Dedy itu sebenarnya apa. Maklum 'ndeso banget.

Kamu kok pinter sekali bisa menafsirkan tulisan-tulisan orang. Itu gift, lho Hai. Mesti digunain untuk kebaikan sesama. Jadi penterjemah di SABDA Space aja, dah! He He He! 

Tadi sepulang belanja belon sempet baca Shoutbox. Sorry, ketika aku masih 'ngobrol dengan kamu tadi pagi, aku harus cepet-cepet berhenti, karena mesti 'nganterin anakku pergi. Dia khan setiap hari Sabtu belajar bahasa Mandarin. Sekali lagi thanks!

God bless you, my dear brother!

John Adisubrata

hai hai's picture

Bukan ndeso pak John

Ha ha ha, bukan ndeso, pak john. Saya cuma penonton, biasanya penonton lebih pinter. dedy sedang berpuisi, jadi saya memahaminya sebagai puisi. jadi itulah yang saya tangkap dari puisinya. Soal benar atau tidaknya, masih harus menunggu konfirmasi dari dedenya dydy.

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

Dedy Yanuar's picture

1 Benar, 1 Kurang Benar

Om Hai Hai Jago ya.... menafsirkan kata-kataku. Yang pertama benar.

om Hai Hai tulis "pertama kali dia liat nama pak john di daftar bloger, dia menganggap tulisan pak John banyak sekali. Namun, setelah membacanya, dia baru tahu bahwa tulisan pak John yang banyak itu ternyata masih kurang banyak baginya (bagi Dedy). "

Tapi Kalau tentang Judul "Tidak penting Bagi Orang Yang Tidak Penting" maksudku adalah Bahwa Komentarku hanyalah untuk Pak John, dan para pembaca tulisan pak John. Orang yang tidak penting adalah orang yang hanya lewat (Orang yang masuk kemudian keluar lagi tanpa membaca tulisan pak John sampai habis).

Maaf membuat pak John bingung. Harap maklum saya orang yang nggak lulus SMA.

O iya, siapa yang bilang aku lagi nyindir om Hai Hai?

Kalau mau nyindir om Hai Hai pakai apa ya kira2??

Jadi bingung????

GBU

hai hai's picture

Lumayan

Benar satu salah satu, lumayan! Cara menyindir hai hai? Wah nggak boleh dikasih tahu ah, nanti setiap kali masuk Sabda saya tersindir trus kan nggak lucu? Kamu berbakat menulis dedenya dydy, termasuk di dalamnya menulis puisi.

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

John Adisubrata's picture

Tidak Lulus SMA? WOW!

Pak Dedy,

Untuk seorang yang mengaku tidak lulus SMA (Pasti Anda hanya bergurau saja, bukan?), judul dan komentar tulisan Anda yang pertama di atas termasuk sangat 'smart', karena bisa menimbulkan kesan yang bermacam-macam. Menunjukkan kecerdikan otak Anda, dan kepandaian Anda di dalam bidang menulis.

Terima kasih atas kesediaan Anda untuk menjawab 'kebingungan' saya. Tuhan memberkati selalu.

Syalom,

John Adisubrata

Dedy Yanuar's picture

Yang "smart" adalah Roh Kudus

Terima kasih atas pujiannya. Tetapi yang sebenarnya "smart" adalah Roh Kudus, bukan saya. Kalau tentang tidak atau belum lulus SMA, itu adalah kebenaran.

Saya pernah berpikir "Kok kalau mau melucu pakai bohong segala ya?" Atau juga "Kenapa ya kok orang yang sedang dianiaya itu lucu?" kalau nonton televisi banyak sekali orang yang jatuh kepeleset di tertawakan. dan yang paling aneh "Kenapa orang yang berbicara jujur itu lucu?"

Saya nggak tahu bagaimana cara membuat pak John tertawa?

Mungkin orang akan tertawa kalau saya berusaha ngomong "Ular melingkar-lingkar di pagar bundar" karena saya cadel.

Kok jadi curhat???

Aduh sudah panjang nih.

GBU