Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Sekilas dari Keabadian (19)

John Adisubrata's picture

Kesaksian Ian McCormack

Oleh: John Adisubrata 

KEBERADAAN YANG TIDAK ADA

“Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.” (Yohanes 6:63)

Di luar pengetahuan saya, pada saat itu saya telah menghembuskan nafas yang terakhir. Nafas kehidupan sudah meninggalkan jasmani saya! (1)

Padahal saya mengira, saya hanya tertidur sejenak saja di atas ranjang rumah sakit. 

Tetapi yang amat mengherankan, kalau sebelumnya saya terbaring dengan tubuh sakit, lemah dan tidak berdaya, tiba-tiba secara instan saya sudah berdiri tegak dengan tubuh yang sehat. Selain itu saya merasa segar sekali, seolah-olah tubuh saya tidak pernah menderita seperti yang baru saya alami tadi!

Dan yang lebih mengherankan lagi, … kalau sebelumnya saya terbaring di atas tempat tidur dikelilingi oleh banyak orang di dalam sebuah ruang opname yang gaduh dan diterangi oleh sinar-sinar lampu, tiba-tiba saya berdiri di suatu ‘tempat’ yang amat sunyi dan gelap sekali.

Pertanyaan-pertanyaan yang seketika itu juga timbul di dalam benak pikiran saya adalah: “Sudah berapa lamakah aku tertidur di sini? Mengapa seakan-akan terasa hanya sekejab saja? Dan … mengapa mereka memadamkan lampu-lampunya? Apakah yang telah terjadi? Apakah yang membuat mereka lari meninggalkan aku seorang diri di tengah-tengah kegelapan ini?”

Saya mengawasi keadaan di sekeliling saya dengan penuh harapan untuk bisa melihat paling sedikit seberkas cahaya saja. Sebab saya merasa yakin sekali, di dalam ruang segelap apapun juga, tentu masih akan ada sumber-sumber sinar lain yang dapat menembusinya dari luar! Beberapa kali saya berusaha untuk mencarinya, tetapi tidak ada setitik sinar pun yang bisa saya temukan di sana! (2)

“Mengapa mereka harus memadamkan semua lampu yang menerangi kompleks rumah sakit ini?” Saya mengeluh sambil menggeser-geserkan kedua kaki untuk memeriksa lantai di bawah saya. Kendatipun gagal untuk bisa menemukan suatu permukaan lantai yang keras, saya merasa diri saya mulai bergerak ke samping kanan.

Lalu saya teringat akan tombol-tombol lampu yang bisa ditemukan pada dinding-dinding setiap ruang pasien di rumah sakit.

“Andaikan saja aku mendapatkannya, tentu aku bisa menyalakan salah satu dari lampu-lampu yang ada di dalam ruang gelap ini.” Gumam saya penuh kepastian.

Tetapi setelah beberapa saat lamanya saya berusaha untuk mencarinya, saya merasa sangat heran, karena tidak ada sebuah dinding pun yang bisa saya temukan di sana!

“Jangan-jangan mereka telah memindahkan aku ke sebuah ruangan yang lain.” Saya mereka-reka sendiri: “Mungkin saat ini aku sedang berada di tengah-tengah sebuah ruangan yang besar, … berdiri di antara deretan ranjang-ranjang rumah sakit!”

Oleh karena itu saya mengambil keputusan untuk kembali saja ke tempat mula-mula, di mana saya tadi ‘terjaga’ dari tidur.

Berhati-hati agar tidak membentur ranjang-ranjang pasien lainnya yang sedang tidur, perlahan-lahan saya berjalan kembali ke sana. Saya yakin sekali, setiap tempat tidur di dalam rumah-rumah sakit akan selalu didampingi oleh meja-meja kecil yang berlaci di samping kiri atau kanannya. Pasti salah satu dari meja-meja tersebut mempunyai sebuah lampu duduk di atasnya.

Ketika saya yakin sudah berada di tempat yang sama di mana saya tadi terjaga dari tidur, saya menjadi semakin bertambah heran, karena ternyata ranjang itu pun tidak bisa saya temukan di sana.

‘Ruang’ tersebut memang tampak gelap sekali, suatu kepekatan atmosfir yang tidak pernah saya saksikan sebelumnya.

Meraba-raba di dalamnya saya berpikir: “Apakah yang telah terjadi di sini? Di manakah tempat tidurku? Apakah yang harus kulakukan sekarang untuk bisa menemukannya kembali?”

Sambil berusaha memandang tangan kiri saya, saya bertanya-tanya penuh keheranan: “Apakah mungkin di dalam kekelaman seperti ini aku juga tidak bisa melihat tanganku sendiri?”

Karena ternyata, meskipun tangan tersebut sudah berada tepat di depan kedua mata saya, saya tetap tidak bisa melihatnya!

“Baiklah aku menyentuh kepalaku saja!” Saya berpikir sambil meraba raut muka saya.

“Lho, … di manakah mukaku? Mengapa kepalaku seolah-olah tidak ada lagi?” Kembali saya tertegun, karena ternyata tangan kiri saya tidak menjamah sesuatu apapun, bahkan ... melewati kepala saya begitu saja!

“Ah, … tidak mungkin kegelapan seperti ini menyebabkan aku tidak bisa menemukan kepalaku sendiri!” Gumam saya penasaran sambil meraihnya menggunakan kedua tangan saya. Kembali saya hanya berhasil menjangkau ‘angin’ saja!

“Lho, kok luput lagi, … kepalaku ada di mana?” Saya mengeluh dengan terkejut.

Lalu saya mencoba untuk bertepuk tangan! Usaha itupun ternyata gagal, karena kedua tangan saya saling menembus, tangan kiri saya tidak bisa menyentuh tangan saya yang sebelah kanan!

Masih tetap tidak mau mempercayai kenyataan itu, saya berusaha untuk memegang dada, perut, paha dan kedua kaki saya. Kembali saya meraba suatu ‘kekosongan’ yang amat mengherankan! Seolah-olah saya ‘tidak ada’, padahal sebenarnya saya bisa merasakan ‘sensasi’ seluruh badan saya sendiri sebagai manusia yang memiliki anggota-anggota tubuh yang lengkap, ... hanya tidak berbentuk raga yang bisa dijamah lagi.

Baru pada saat itu saya menjadi sadar, bahwa ‘sesuatu hal’ yang tak terduga telah terjadi, … dalam bentuk roh saya sudah meninggalkan tubuh saya di rumah sakit Victoria! (3)

(Nantikan dan ikutilah perkembangan kesaksian bersambung ini)  

SEKILAS DARI KEABADIAN (20)

Kesaksian Ian McCormack

DUNIA ORANG MATI