Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

pendeta pedesaan

Purnomo's picture

NDILALAH KERSANE ALLAH bag.1 SEGULUNG UANG MERAH

             Kemarin sore setelah menurunkan 2 cucuku di 2 tempat les yang berbeda, aku ke warung fotokopi. Lalu ke rumah sakit menengok organis gereja yang gagal berakrobatik dengan motornya di daerah proyek fly-over Jatingaleh sehingga 5 tulang rusuknya patah. Lantas makan mi jowo di warung tenda saking laparnya. Jiah, gurih banget, minyak B2-nya terasa sekali. Kemudian ke seberang kampus Unika menghadiri persekutuan doa rumah tangga. Di situ seorang teman menyodorkan segulung uang warna merah kepadaku.


Purnomo's picture

CELANA DALAM WANITA

            Sumpah deh kalau boleh, aku menulis judul di atas tidak dengan maksud agar blog ini dibaca banyak orang Dunat jat milek detlah. Tetapi memang begitulah kejadiannya. Setiap mengunjungi gereja ini tak tahu mengapa, ada saja pengalaman yang ‘gimana ‘gitu. Pertama kali ke sini aku menulis kisahnya di bawah judul “Gereja MEWAH sekaligus MESUM” karena selain ‘mepet sawah’ gereja ini juga ‘mepet sumur’. Sewaktu keluar dari pastori yang di belakang ruang ibadah dan berjalan di samping gereja, aku melihat di sumur tetangga sebelah gereja seorang perempuan muda sedang menimba air hanya berbalut handuk putih yang lebarnya pas-pasan sehingga bila bergeser sedikit ke atas atau ke bawah akan memunculkan ‘adult view’.

Purnomo's picture

Di Tepi JALAN DAENDELS (4) Lemak Nian

            Setelah wawancara selesai dan anggota jemaat pulang, pak pendeta Kholiq mempersilakan kami menyantap makan siang. Pemilik rumah di sebelah gereja tempat kami melakukan wawancara ini adalah seorang janda tua. Aku duduk di sebelahnya dan bertanya,

         “Mbah, sekarang umur berapa?”
         “Tujuh puluh lima tahun.”
         “Sehat, tidak ada penyakit?” tanyaku macam petugas posko bencana alam saja.
         “Sehat walafiat.”


Purnomo's picture

Di Tepi JALAN DAENDELS (3) Between gadhuh and gadhuk

             Di Gereja Ngombol ada 4 orang anggota jemaatnya yang menemui kami. Kami berbincang di sebuah rumah sederhana di sebelah gedung gereja. Kami bertukar informasi tentang menanam padi, jagung, semangka serta melon. Ketika pertemuan akan berakhir seorang dari mereka berkata,

            “Saya ini kalau sedang mutar-mutar desa dan melihat rumput-rumput tumbuh subur, ingin sekali turun dari motor untuk memotongnya dan membawa pulang. Tetapi untuk apa? Di rumah saya tidak punya sapi.”


Purnomo's picture

Di Tepi JALAN DAENDELS (2) Gereja kita payah ya.

                    Untuk urusan diakonia atau kespel (kesaksian & pelayanan) banyak orang punya ide cemerlang. Mereka membicarakannya dengan majelis gerejanya sambil berharap idenya dilaksanakan oleh gereja. Jika kemudian gereja belum juga melakukannya, mereka mempergunjingkan pengurus gerejanya. “Gereja kita payah ya.”



 

Purnomo's picture

Di Tepi JALAN DAENDELS (1) Gereja dengan Bisnisnya

            Februari 2013. Beberapa menit setelah menyusuri Jalan Daendels ke arah barat, mobil kami berbelok ke kanan memasuki jalan kecil. Di sisi kanan ada ladang jagung yang hampir panen. Cerita temanku ladang yang terletak tepat di pinggir jalan Daendels ini luasnya 1 ‘iring’ (ini terminologi lokal = 1/4 hektar = 2500 meter persegi) dan pernah ditawarkan dengan harga 100.000 rb.



Purnomo's picture

DONASI KE-3 CLUSTER TEOL

             Senin siang 12 Oktober 2015 aku ke ATM BRI dan BCA untuk mentransfer uang ke 10 nomor rekening mereka yang namanya ada dalam daftar “Cluster Teol”. Bulan Agustus aku mentransfer Rp.2.754.572,- untuk 9 orang; September Rp.3.205.090 untuk 10 orang; dan bulan ini Rp.3.405.100,- untuk 10 orang. Santunan bulan ini naik karena beberapa di antara mereka aku naikkan donasinya sebab mulai awal bulan Oktober masuk 1 donatur baru.

Purnomo's picture

PURNOMO SOK PAMER

           Hari Sabtu 03 Oktober 2015 aku ke sebuah SD Kristen setelah mendapat kepastian Kepseknya ada di sana. Sekolah ini sejak dulu hari Sabtu libur. Aku sengaja memilih hari itu karena akan membicarakan sesuatu yang rahasia. Sebulan yang lalu Ibu Kepsek bertanya kalau-kalau aku bisa membantu para GTT (Guru Tidak Tetap) yang hanya berhonor 250 ribu sebulan. Di SD Tabita GTT mendapat 400 - 500 rb.