Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Serenity, Courage & Wisdom

yujaya27's picture

Beberapa minggu ini saya teringat terus dengan sebuah doa yang sangat terkenal,  yang bunyi kalimatnya seperti ini: “God, grant me the Serenity to accept the things I cannot change, Courage to change the things I can, and Wisdom to know the difference”. The Serenity Prayer ini ditulis oleh seorang theolog bernama Reinhold Niebuhr (1892-1971), tetapi sangat disayangkan namanya hampir tidak pernah ditulis di dalam setiap kartu atau hiasan yang ada doa tersebut. Saya tidak tahu kenapa tiba-tiba bisa teringat doa ini, mungkin karena keadaan seperti sekarang ini, yang di luar kendali kita dan tidak ada kepastian kapan akan berakhirnya. Kemudian ditambah lagi dengan beberapa berita duka yang saya dengar, hingga sampai ada seorang teman berkata seperti ini: “Kalo boleh meminta, aku kepingin tahun 2020 di Cancel aja ?”.

Tema kita minggu ini adalah “Bersukacita Dalam Penderitaan”, sebuah tema yang mustahil bagi orang-orang pada umumnya, tetapi sering dibahas oleh kita orang Kristen, hanya kalo dulu ketika membahas ini, pada umumnya kita dalam situasi yang nyaman, tetapi sekarang ini menjadi sebaliknya, rasanya semua dalam keadaan tidak menyenangkan, segala kegiatan aktivitas terhenti, karena harus berada di dalam rumah terus menerus, bahkan mungkin ada beberapa yang sudah terkena dampak di dalam pekerjaannya dan sebagainya. Walaupun begitu sebenarnya apa yang kita alami sekarang ini, rasanya tetaplah tidak sebanding dengan penderitaan yang dialami oleh mereka yang hidup di jaman nabi Habakuk. 

Oleh karena itu tidak usah heran jika di awal kitab Habakuk ini, dia menyampaikan keluh kesah melihat keadaan negerinya pada saat itu, ada penindasan, kelaliman, kekerasan, ketidakadilan, dan orang fasik mengepung orang benar. Di dalam keluhannya dia ingin agar orang-orang yang berbuat jahat itu segera dihukum dan bangsanya segera dipulihkan. Tetapi celakanya jawaban dari Tuhan sangat berbeda dengan keinginannya, Tuhan menghukum bangsanya dengan memakai bangsa asing yang datang menyerbu, serta menindas bangsanya. Maka lengkaplah sudah pergumulannya, dia merasa heran, sedih dan kecewa, hingga dia bertanya dimanakah keadilan Tuhan? Akan tetapi dia tidak tenggelam di dalam kesedihan dan kekecewaannya, sebaliknya dia tetap terus berjuang dengan menantikan apa yang difirmankan Tuhan dan menaruh harapan pada Tuhan, maka dari itu dia menutup kitabnya dengan sebuah pujian suka cita kepada Allah (Habakuk 3:18-19).

Apa yang dialami kita sekarang ini walaupun tidak sebanding dengan yang dialami oleh nabi Habakuk, tetapi kita dapat mengambil sebuah pelajaran, bahwa Allah berdaulat terhadap segala sesuatu, bahkan Dia dapat memakai sebuah situasi yang tidak menyenangkan untuk membawa perubahan kepada umat-Nya, oleh karena itu tetaplah berjuang, bergantung, menaruh harapan pada-Nya, dan berdoalah “God, grant me the Serenity to accept the things I cannot change, Courage to change the things I can, and Wisdom to know the difference”.

Singapore 20 May 2020

Tulisan ini untuk renungan warta jemaat 24 May 2020