Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

UNTUK ANAKKU

arharahadian's picture

 Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. (Ef 6:4)

 

Seorang ayah menulis surat untuk putranya, ia menulis dan memberikan surat ini di saat anaknya terlelap tidur, beginilah suratnya:

 

Dengar, nak, ayah mengatakan ini saat kamu tertidur lelap, kulihat begitu lelapnya engkau tertidur dengan satu tangan tertindih pipimu. Ayah menyesal telah berlaku kasar terhadapmu, ayah tak dapat mengontrol emosi sehingga memukul engkau, karena engkau tak mau belajar dan beradu argumentasi denganmu serta merta ayah menganggap engkau sungguh sudah keterlaluan hingga tak kuasa tanganku melayang ke pipimu, maafkan aku anakku.

 

Saat kamu selesai mandi pagi dan kamu hanya menggeletakkan handuk begitu saja, itu membuat ayah marah karena kamu tak mau berdisiplin menyimpan barang pada tempatnya. Dan ketika aku lihat di meja belajarmu masih saja bukumu berantakan tak karuan, ayah pun marah padamu.

 

Bahkan saat sarapan pagi, engkau dengan santai makan tanpa mengunyah dan engkau telan makananmu, banyak sisa makanan yang berceceran, air minum yang tumpah sungguh nak! cara kamu begitu kacau dan itu membuat ayah marah. Pagi-pagipun ayah senantiasa marah kepada engkau dan berharap agar engkau dapat hidup lebih tertib.

 

Kemudian hal itu berulang di sore hari manakala engkau tengah asyik bermain dengan temanmu, ayah mengelandang engkau  dan membuatmu malu terhadap teman-temanmu. Ayah lantas menyuruhmu mandi dan belajar mengulang pelajaran, padahal kamu mengatakan sudah belajar tadi sepulang sekolah dan baru nanti malam belajar kembali. Namun sore ini ia telah berjanji dengan teman-temanya untuk bermain di lapangan. Ayah tetap berkehendak engkau berdisiplin dalam hidup.

 

Hmm, nak entah sampai kapan ayah tak memarahi kamu? Ayah terlampau menuntut engkau untuk hidup secara dewasa dan berdisiplin penuh, namun ayah mengesampingkan bahwa engkau masih anak-anak yang butuh bermain. Ayah terlampau berharap agar engkau setara dengan orang dewasa dalam berlaku.

 

Masih ingatkah engkau? Dimana saat ayah memukul engkau dan engkau menangis, itu membuat hati ayah terluka, maaf kan ayah telah membuat hatimu terluka. Namun engkau tak berkata sepatah katapun dan engkau dengan hangat memeluk dan mencium ku. Sungguh nak! Pelukan dan ciuman engkau membuat taman hati yang kering menjadi segar dan subur kembali. Arti peluk dan cium dari mu membuat hati dan jiwa ini luluh, kekerasan hatiku meleleh semua berkat kasih Tuhan yang tersalurkan melalui dirimu. Arti kecup dan ucapan selamat malam mu kepada ku sungguh telah mengubah segalanya, hati kecilmu sebesar fajar di bukit yang luas.

 

Inilah sebuah pengakuan dosa; jikalau ayah menceritakan semua ini saat kamu terjaga. Ayah tahu engkau tidak akan memahaminya. Tetapi besok ayah akan menjadi ayah yang sejati! Ayah akan menjadi sahabatmu; menderita di kala kamu menderita, dan tertawa di kala kamu tertawa. Ayah akan menggigit lidah kalau hendak muncul kata-kata tidak sabar. Ayah akan terus berkata, “Ia hanya seorang anak-anak kecil”

 

__________________

Thank and GBU

Www.Arsyimanuel.blogspot.com