Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

ronggowarsito's blog

ronggowarsito's picture

Pecah Berarti Membeli

Toko buah itu terlihat sepi. Hanya dua sepeda motor yang sedang parkir di halamannya. Ini agak mencurigakan, jangan-jangan harga buahnya mahal. Tapi sudahlah, kupikir karena ini toko buah yang paling dekat dengan rumah Pak Haji.

ronggowarsito's picture

KONAK

Dear bloggers,

Mau ikutan konak bareng aku?
Baca dulu cerita ini.

------

"Bagaimana, ereksi anda masih bermasalah?" tanya dokterku dua bulan yang lalu.

"Sip, Dok. Sudah mantap," jawabku, "Smells like teen spirit."
ronggowarsito's picture

Kepahitan Hidup dalam Sebutir Bola Pingpong di Selangkangan

Hampir pukul sembilan malam. Anak-anak baru saja tidur.
"Mau pakai gula nggak?" tanya isteriku yang sedang membuatkan kopi untukku.
"Setengah sendok teh saja," jawabku sambil mendekatinya.
Aku meringis. Sambil tertatih-tatih kubawa sendiri secangkir kopi itu ke teras depan rumah.
Isteriku ngomel, "Makanya, wis tuwa ora usah pethakilan."
"Ini bukan masalah umur. Teman main banyak yang seumuran, malah ada yang lebih tua. Pak Haji aja ikut main."
"Itu teguran dari Tuhan."
"Bukan. Ini murni kecelakaan."
"Ngeyel."
"Biarin."
"Bertobatlah."
Aku tidak akan bertobat, kataku dalam hati. Permainan itu sangat menyenangkan, sayang kalau ditinggalkan.
Aku diam saja, percuma beresponsoria dengan isteriku. Tidak akan mengurangi rasa sakit yang sekarang sudah menjalar sampai ke ubun-ubun.

ronggowarsito's picture

gnetum gnemon

"Jangan," kata ibuku sambil menatapku tajam.
"Kenapa?" tanyaku.
"Pokoknya jangan."
Bila kata 'pokoknya' sudah keluar dari mulut ibuku, itu artinya sesuatu yang tidak boleh dibantah oleh siapapun. Kecuali almarhum bapak. Dulu.

ronggowarsito's picture

syair tujuh belas

dulu kakekku pernah berkisah
tidaklah susah membunuh penjajah
cukup runcingkan bambu sebatang
lalu tusukkan dari belakang

ronggowarsito's picture

PB

Hari itu hari Kamis, sudah larut malam. Lorong-lorong kota Yerusalem sudah sepi. Yesus dan para murid berjalan tanpa  berbicara. Mereka berjalan mengikuti jalan menuju Betania. Jalannya menurun ke arah Sungai Kidron. Tak jauh dari situ ada pintu untuk masuk ke dalam kebun zaitun. Yesus berkata kepada para muridNya, "Kalian duduklah dan tunggulah di sini. Aku akan masuk ke dalam.

ronggowarsito's picture

Manusia Tanpa Koordinat

"Lho, pak, kok dicuci?" seru Mbak Endut, asisten rumah tangga kami, terkaget-kaget. Mungkin dia pikir aku lagi kumat.
"Kotor," jawabku singkat sambil terus mengucurkan air dari keran bak cuci piring.
"Nanti rusak lho, pak."
"Emang sudah rusak," kataku.

ronggowarsito's picture

BLINKY

"Jadi?"
"Tentu."
 

ronggowarsito's picture

Aku Rela Masuk Neraka

Jumat sore.
Pukul setengah lima.
Kutelepon isteriku.
"Hari ini Mama pulang sendiri lho, ya," kataku mengingatkannya tentang acara yang sudah kurencanakan beberapa hari yang lalu.
"Iya, sayang...," jawabnya.
"Udah dapat tumpangan pulang? Atau mau naik angkot aja?"
"Gampang itu."
"Ati-ati ya."
"Iya. Jangan lupa, bawakan aku kerapu."
"Hehehe...," aku hanya bisa nyengir mendengar itu.
"Dah, ya. Muach..."
"Muach..."

ronggowarsito's picture

Titip Doa

Titip Doa

"Cling....," hapeku berbunyi. SMS masuk.
Dari adikku.
Ada apa lagi ini, batinku.
Biasanya prasangkaku tak akan meleset jauh. Apalagi ini cuma SMS, pasti tentang sesuatu yang dia tak mau bicarakan langsung denganku.
Ternyata tepat dugaanku.
'Sorry mas, ngrepoti. Aku gak bisa bayar cicilan utang. Udah nunggak 4 bulan. Aku dicari-cari polisi sama preman. Istri sama anak-anak sementara aku suruh pulang kampung. Tolongin aku, mas.'

-------

ronggowarsito's picture

Ronggowarsito: Requiem: Symphony #3

(Ronggowarsito: Requiem: Symphony #3)

rintik gerimis membasahi kota salatiga / di rumah mungil yang terhimpit sudut belokan / dalam gang sempit di belakang pasar / terlihat kerumun orang berkumpul di halaman

beberapa dari mereka sibuk mendirikan tenda / yang lainnya mengeluarkan perabotan dari ruang tamu / kursi ditata saling berhadapan / berjajar sepanjang tepi ruangan

meja panjang diletakkan di tengah / satu lagi meja kecil dengan taplak berwarna jingga / ada satu foto berpigura kayu, salib perak, dan lilin besar / tergeletak di atasnya

dari dalam kamar di sebelah ruang tamu / seorang perempuan tua histeris / ada seru, 'maafkan mama, anakku...' / beberapa orang menemaninya terpaku haru

ronggowarsito's picture

syair titian siksa

syair titian siksa

ronggowarsito's picture

Kidung Agung Perselingkuhanku

Kidung Agung Perselingkuhanku

ronggowarsito's picture

Ronggowarsito : Requiem ; Symphony #2

(Ronggowarsito : Requiem ; Symphony #2)

Pagi itu tiga orang pemuda datang membawa dua lembar spanduk. 'MATINYA SEBUAH DEMOKRASI', begitu bunyinya. Mereka memasang spanduk itu menutupi sisi kanan dan kiri peti mati yang mereka sewa.
 

ronggowarsito's picture

Ronggowarsito: Requiem; Symphony #1

(Ronggowarsito : Requiem ; Symphony #1)

Intro lagu Survivor - Destiny's Child dari hapeku lantang membangunkanku dari kelelapan yang rasanya belum lama kunikmati malam ini, memaksaku bangkit dari mati suri. Setengah sadar kuraih hape dari meja di sisi ranjang. Samar-samar kubaca siapa gerangan yang menelepon. Sebaris nomor tak dikenal.
"Halo...," sapaku dengan suara berat, sambil melirik weker di atas meja, pukul 2 pagi lewat sedikit.
"Halo, selamat malam pak."
"Selamat pagi, mbak. Udah jam dua lewat ini," sahutku mengoreksi.
"Oh, eh.... maaf pak, selamat pagi." Kelihatannya tidak penting baginya apakah hari masih malam atau sudah pagi.
Suara perempuan muda. Kepanikan tersirat dari nada bicaranya. Aku duduk di tepi ranjang. Tak perlu dijelaskanpun sebenarnya aku sudah bisa menebak apa yang diinginkannya.
 

ronggowarsito's picture

Odong-odong

Inilah pekerjaanku tiap pagi, ternak teri. Seorang sahabat berkomentar, itu namanya "loper susu" sambil "berinvestasi".
Dan pagi itu urusan ternak sudah selesai, tinggal dilanjutkan dengan urusan teri.
Aku melirik jam di dashboard.
06:55 AM.
Santai saja.
Masih banyak waktu karena jalan di kota ini memang tak pernah macet. Tiga puluh meter lagi lampu merah. Kulihat istriku yang duduk di sebelahku tengah sibuk membuka-buka tasnya. Aku tahu apa yang sedang dicarinya.
“Kan ada recehan di situ,” kataku sambil menunjuk laci di antara kedua jok kami.
“Kalo mau ngasi tuh yang niat dong, jangan duit recehan sisa kembalian,” sahutnya.
Aku terdiam.
Dua lembar uang ribuan sudah ada di tangannya.
"Ngasih segini ngga akan membuat kamu jatuh miskin," lanjutnya.
"Ngasih segitu juga ngga akan membuat dia jadi kaya," balasku.
Isteriku melotot, aku terbahak.
Kuturunkan kaca jendela pelan-pelan.

ronggowarsito's picture

Puisi Perkenalan

Puisi Perkenalan

perkenalkan:
kenalkan ini aku
ini aku
aku
aku adalah kata ganti orang pertama tunggal

smg 10:03:2010

salam kenal,
rong2