Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

@Double Esspresso - Temptation

minmerry's picture

@ DOUBLE ESSPRESSO 

Favorites.

espresso, another story


Favorites.
 
Semua orang memiliki hal yang disukai. Tentu saja.
 
Setiap orang.
 
Ini lebih dari yang itu. 
 
Aku mudah tertidur beberapa hari ini. Baik, itu artinya baik. Tanpa mimpi, tanpa Ben, tertidur. Aku masih merasakan sakit dipundakku, tapi tanpa mimpi, tertidur--itu adalah hal baik. 
 
Dengan kaos hitam, dan celana pendek putih, pilihan warna paling membosankan, aku duduk disudut @Double Esspresso, menghabiskan satu cup yoghurt dan menunggu. Hari ini, yoghurt strawberry. Dan espresso pertamaku.
 
Dari sudut coffee shop, bukan di coffee bar, seluruh meja kosong dan kursi yang tersusun rapi, terkesan tersimpan cerita yang ga akan habis.
 
Aku membuka halaman halaman website, membalas beberapa email. Perutku terasa lapar, tapi aku membiarkannya. 
 
Hayden datang.
 
Dia berjalan ke coffee bar. Mencari sarapannya, mencari apapun yang dia butuhkan untuk melengkapi paginya. 
 
Aku jarang berbicara padanya.
 
Aku membiarkannya, dia membiarkanku.
 
Tapi pagi ini dia menatapku cukup lama. Bahkan setelah menuangkan espresso, dia berjalan menghampiriku. 
 
'Mau?'
 
Hayden mengulurkan sandwich.
 
'Apa isinya?' Tanyaku, dengan mata masih menatap layar laptop.
 
'Tuna.'
 
'Ga mau.' Aku menggeleng.
 
Hayden membuka kotak sandwich, memisahkan Tuna dari sandwich dan mengulurkannya padaku.
 
'Sekarang, sandwich tanpa Tuna. Makan.'
 
'Hayden.. sana ah. Lagi serius nih...' Aku menatapnya protes. 
 
Dia kembali mengulurkan sandwich itu padaku. 
 
Namun, kali ini, aku mematuhinya. Melepaskan jari-jariku dari tuts keyboard. Dan menggigit sandwich. Ekspresiku membuatnya puas. Dia menggeser kursi didepanku, dan duduk. Memainkan lagu dengan gitarnya. Beberapa nada, melodi memenuhi coffee shop. 
 
'Kamu berbeda hari ini.'
 
'New liner.' Aku menjawab pernyataannya.
 
Dia mengangguk, dan tetap memainkan melodinya. Sepertinya menuliskan lagu barunya. Dan aku belum bisa menikmatinya, not-nya sering terhenti, karena Hayden menulskannya di atas komputernya.
 
Pagi yang menarik. 
 
Aku membiarkan waktu berjalan. 
 
Menyambut tamu yang datang.
 
Segelas, demi segelas.
 
Membetulkan poni rambut yang terjatuh.
 
Mengganti bunga di meja.
 
Tertawa saat mengobrol singkat dengan tamu.
 
 

 

 
 
Aku sendiri, memiliki hal-hal yang kusukai sejak kecil.
 
Aku pulang kerumah, berlari lari kecil. Rambut panjang, hitam, tubuh kecil, lincah. Berlari masuk ke rumah, duduk di depan nenek. Nenek bingung, namun melihat aku serius mengerjakan sesuatu. Nenek melihat aku duduk, berusaha mengikat sebuah pita mungil di pergelangan kakiku. Pita merah yang manis.
 
Nenek saat itu mungkin terenyuh, aku tidak pernah membelikan hadiah untuk cucuku yang satu ini. Begitu mungkin pikirnya. 
Nenek berkata, 'Kei, pita itu, kasi ke nenek. Ayo....'
Aku, dengan malu-malu, takut dimarahi. Menolak.
'Nenek, jangan marah... Kei merasa ini cantik...' (karena, mama tidak suka Keira kecil sembarangan memakai benda-benda sebagai aksesoris).
 
'Ga, nenek ga marah... Jangan pakai pita itu, tapi, pita itu bisa jadi ukuran, ukuran supaya nenek bisa membelikan gelang kaki yang pas untuk kaki Keira. Keira suka gelang kaki ya? Maaf, nenek tidak pernah tahu.'
 
Aku, yang masih kecil. Terharu. Tapi senang.
 
Sejak itu, aku paling suka Gelang kaki.
 
Aku tidak keberatan memakai aksesoris lain, tapi setiap kali merasa ada gelang kaki yang menemaniku berjalan. Suara lonceng kecilnya yang menemaniku berjalan, hanya mengingatkan aku pada nenek.
 
Nenek bukan favoritku. Gelang kaki, favoritku.
Aku terlalu jauh dari nenek sejak kecil, sehingga dia tidak pernah menjadi favoritku. 
Aku favoritnya. 
 
 
Itu cuma gelang kaki. 
Tapi Ben, tidak hanya Ben.
 
Tuhan melihat aku, bersama Ben.
Dan ternyata Ia bermaksud mengambilnya. Bukan membelikan aku gelang kaki.
Aku menyentuh gelang kaki, yang dibelikan Ben.
Aku memutuskan mencari gelang kaki baru.
 
 
Itu cuma gelang kaki. 
Tapi Ben, tidak hanya Ben.
 
Itu cuma gelang kaki. 
Tapi Ben, tidak hanya Ben.
 
Hatiku berbisik.

Dan seseorang muncul begitu saja dihadapanku. Mengagetkan aku. Lamunanku berakhir. 

 

Sudah terlalu terlambat menikmati sore, sudah hampir malam. Hayden sudah menghilang entah kemana. Mungkin membereskan gudang untukku, atau semacamnya. Gitarnya masih disandarkan disamping coffee bar. 

 

'Kamu?'

 

Dia tersenyum menggodaku. Berdiri didepannya, membuatku merasa menyesal tidak suka minum susu saat kecil. 

 

'Tidak sedang menulis naskah?'

Tanyaku sambil berjalan ke coffee bar, mengeluarkan biji-biji kopi, memisahkannya. Menghitungnya. 42 biji kopi untuk segelas. Aku mengingatkan diriku sendiri.

Dia menggeleng, membuka buku menu. Lalu menatapku bekerja.

'Aku belum tidur, dan harus segera menuli lagi. Ada seminar yang harus dimulai. Tolong aku, Kei....' Dengan muka memelas dia mencoba merayuku.

'Ini hari-ku yang indah, jangan rusak hariku. Pesan, dan segera tinggalkan coffee shop ku.'

'Hari-mu sudah hampir berakhir, sudah hampir malam. Haha. Hei Hei, kenapa bersikap memusuhiku, Kei? Ayolah, kita bisa berteman.'

'Berteman? Berhentilah menggodaku, Glass.

Aku menatapnya tak percaya. 

'Baik, baik aku mengakui... ' Glass mengangkat tangannya.

Dia lucu, dan aku tidak butuh pria lucu yang menggodaku untuk saat ini. 

Favorit, ingat? Aku sedang mengumpulkan semua kesukaanku. Bukan menambahkan satu pria lagi dalam masalahku. 

Dan dia menggodaku. Itu tidak adil. Godaan, bukan kesukaanku. 

Namun, saat perhatiannya teralih pada hal lain. Dia tidak menyadari aku menatapnya. 

Aku memperhatikannya.

Aku merasa tidak nyaman berada dekatnya, karena ada sesuatu hal yang menarik aku padanya. 

Aku ingin mencari tahu apa itu. Cukup positif, jika dibandingkan dengan aku berusaha menuliskan betapa tidak adil-nya Tuhan padaku... 

Dahinya penuh kerutan. Kulitnya kasar. Tak menimbuklkan kesan khusus apapun padaku. Hanya dia seseorang yang terlihat lelah.

'Aku hidup dengan kopi instan.' Katanya tiba-tiba, berbalik menghadapku dan menatapku langsung. Mendapatiku salah tingkah, ketahuan menatapnya.

Tapi dia tersenyum. Tidak lagi menggodaku.

'Jadi,' Kataku, 'Kopi instan. Hm...1906 itu tahunnya dan ditemukan G. Washington. Itu yang kubaca.'

'Sayang sekali, aku tidak bisa memberimu segelas kopi instan disini. Jadi, ini, espresso. Lebih baik, jika kamu sudah menyelesaikan makan malammu. Mau kubuatkan?'

Dia mengangguk. 'Aku juga mencari orang yang menemaniku makan, sejujurnya...' Dia mencoba lagi.

Aku tertawa.

'Kamu mau?' tanya Glass penuh harap.

'Aku tertawa karena aku mengingat sesuatu.'

Dia bertanya tanya. Namun tidak melanjutkan pertanyaannya. Glass menikmati menatapku bekerja. Kebanyakan begitu. Mereka yang datang menatapku, namun mereka memikirkan masalah mereka sendiri. 

'Aku tidak sedang di mood yang baik, Glass.'

'Sebaliknya, aku sedang di mood yang paling baik.' Jawabnya. 'Baiklah, coba ceritakan apa yang membuat mood mu bisa lebih baik.'

'Sulit.'

'Coba dan buktikan aku terlalu bodoh untuk mendengar ceritamu.'

'Ini soal favorit. Ini soal apa yang menjadi yang paling kamu sukai.' Jawabku.

Aku melanjutkan dengan asal-asalan,

'Aku suka gelang kaki, tidak ada seseorangpun yang mengetahuinya. Itu yang membuatku kesal...'

'Ayo, kita beli gelang kaki...' senyumnya, aku akan segera menghapal senyumnya. Tidak boleh!!!!, 24 wajah Billy menyelamatkanku.

Aku mengabaikannya.

 

Larut. Sudah larut malam. Dan Glass mengorder gelas ke 3, dengan kopi yang berbeda-beda, dan menikmati tiap tegukannya. Tentunya bangga melihat caranya menikmati kopiku, tapi aku ingin pulang, bersembunyi, beristirahat.

Glass. Penuh energi. Duduk didepanku, tak ada tanda-tanda ingin pulang. Dia tamu terakhir malam itu.

'Glass, aku ingin pulang. Aku harus tutup coffee shop ini malam ini. Bisakah kamu balik dilain waktu?'

'Aku antar kamu?'

'Tidak, tidak usah.'

Dia beranjak dari kursinya. Membayar dan keluar. Begitu saja.

Meninggalkan perasaan kosong dihatiku, mau tidak mau, itu harus kuakui, itu yang kurasakan. Aku tidak menyangka dia akan benar benar beranjak pulang.

Setelah menutup lampu, mengunci pintu, aku berjalan pulang. Ditemani cahaya lampu yang dramatis disepanjang jalan setapak Pearl City.

 

Malam.

Aku berharap bisa seberuntung malam-malam sebelumnya, tertidur, tanpa mimpi.

Dan tangan itu menarikku. Aku berteriak.

Namun suaranya menyadarkanku, suara yang kukenal.

'Keira.'

'Glass.'

Dia, lagi.

'Biarkan aku istirahat, Glass.'

 

'Biarkan aku tahu ceritamu, Kei. Everythings gonna be all right.'

Dan begitu saja, keluar dari mulutku, semua dalam kalimat-kalimat yang tidak pernah aku susun. Begitu saja. Semua dalam nada datar penuh kekecewaan. Penuh kemarahan.

Aku tidak peduli dia tidak mengerti, aku bahkan tidak peduli, jika dia mengerti.

Mungkin, aku kehilangan kesabaran. Mungkin dia terlalu baik. Mungkin dia bukan siapa-siapa.

'Tidak ada yang tahu apa yang kusukai. Kamu tahu, aku menyukai gelang kaki. Butuh sampai bertahun-tahun, nenek baru menyadari apa yang kusukai.'

'Jadi, jangan bersikap kamu adalah penolong untukku, Glass. Kamu tidak tahu, tidak tahu.'

'Aku tidak butuh. Karena jika aku menyukai sesuatu. Maka itu yang akan diambil dariku.'

'Jika aku menginginkan sesuatu, maka aku orang yang harus merelakan keinginan itu berlalu.'

'Inilah yang terbaik yang bisa aku dapatkan, dan kamu tidak perlu tahu, Glass. Sebab,'

'Bukan kemungkinan.'
 
'Menganggap Tuhan tidak adil, adalah suatu kesombongan. Aku meminta ampun untuk kesombonganku, tapi aku masih merasa tidak adil.'
 
'Walau semua yang tidak pernah aku inginkan, sudah ada dihadapanku dan berjalan sangat baik. Aku masih memikirkan apa yang aku harapkan, satu persatu menuntut aku mempertanyakan keadilan itu.'
 

Wajahku panas. Dan aku mungkin sudah hampir menangis.

'Jadi, tidak. TIDAK. Everythings not gonna be all right.'

Aku berjalan masuk.

'It has to be not all right. So, stand back, and let me rest.'

 

Dan,

 

 

Aku tidak tahu, apakah aku tertidur atau tidak malam itu.


 

believe it

 

(Luke) 4:10 for it is written, ‘He will command his angels concerning you, to protect you,’ 4:11 and ‘with their hands they will lift you up, so that you will not strike your foot against a stone.’”


Coz i knew His answer.

__________________

logo min kecil

joli's picture

@Minmerry... awal persahabatan..

Glass : 'Biarkan aku tahu ceritamu, Kei. Everythings gonna be all right.'

Awal persahabatan yang indah Kei..

minmerry's picture

@Joli, welcoming Glass...

Welcoming Glass, hehe.

Gimana pendapat Joli tentang Glass?

^-^

__________________

logo min kecil

joli's picture

Glass akan menjadi masalah besar buat Kie..

Keira told :

Aku sedang mengumpulkan semua kesukaanku. Bukan menambahkan satu pria lagi dalam masalahku.

Aku memperhatikannya.  Aku merasa tidak nyaman berada dekatnya, karena ada sesuatu hal yang menarik aku padanya.  .... Mendapatiku salah tingkah, ketahuan menatapnya.

Glass menikmati menatapku bekerja.

....... senyumnya, aku akan segera menghapal senyumnya. Tidak boleh!!!!,

Dia beranjak dari kursinya. Membayar dan keluar. Begitu saja....
Meninggalkan perasaan kosong dihatiku, mau tidak mau, itu harus kuakui, itu yang kurasakan.

Keira mau tahu pendapat Joli tentang Glass..?? Dia akan menjadi pria yang akan membuat Kiera dalam masalah.. ya.. masalah jatuh cintrong.. ada perasaan kosong bila dia pergi.. jauh lebih sepi dan kosong di bandingkan kepergian Ben.. Ya.. Glass jauuuuuuhhhhhhhhhhh lebih nyata dibandingkan Ben.. eh jangan banding-in mereka ding..  BUT... Glass is OK buat Minmerry.. eh buat Kiera..

minmerry's picture

@Joli... Ilmu merogoh sukma

Joli....!!!

Jangan dipake ilmu merogoh sukmanya, duh....

 

^-^

__________________

logo min kecil

joli's picture

@Raissa... Joli traktir...

Keira.. discount card membership buat Joli dr @Double Esspresso masih berlaku nggak?

Joli mau traktir  buat bocah ajaib sekaligus sobat kecilku.. Raissa..  sesuai janji Joli bila math dapat  nilai 100 bulat

Dia hebat loh.. Nilai Matematika nya SEMPURNA.. woooiiii... plok-plok buat Raisa..

Ayuuukk Raissa datang ke double esspresso, boleh pesen apa aja, ajak Rachel, Kezia. dan your konco-konco..

Kei.. bila Raissa makannya buanyyakk. .. duit Joli nggak cukup.. ngutang dulu ya,... nanti Joli bantuin cuci piring dah.. selama sebulan..

Penonton's picture

@Minmerry : i like it

 

Dear minmerry,

 

I like it....i really like it.......seriously....

Membaca tulisan minmerry membuat pikiranku seakan-akan bermain di alam imajinasi.

Seakan ter-hisap memasuki dunia Kiera dan terbuai susunan kalimat demi kalimat.

Sungguh aneh, mimmerry adalah orang ke-dua yang sempat membuat aku terkagum-kagum atas kemampuan merangkai kata-kata sehingga tercipta sebuah keserasian......yang luar biasa.

Jikalau aku mengingat "si orang lain" yang juga sempat membuat diriku terbawa ke alunan dunia khayalan setiap kali membaca karya-karya tulisannya....

Ooo....alangkah miripnya kalian berdua...

Sekedar bertanya...

Apakah nama Agnes Davonar pernah terlintas di hadapan seorang minmerry?

Dialah yang sempat kucari-cari selama ini...

Aku mengagumi karya-karyanya.....sama dengan awal mula perkenalan secangkir Double Esspresso...

Salam kenal minmerry....

I like it so much.....

 

From OZ far...far...away..

 

 

__________________

xxx

minmerry's picture

@Raissa, Two Thumbs Up

Berlaku, berlaku, Jol....!!!!

Muanteeepphhh.... Nilai matematika segitu, benar benar membanggakan, Jol... Nilai matematik min pas SMU dulu, jauhhhh dari bagus, hehe.

Iyah, Raissa ajak yang lain, ditungguin di @Double Esspresso, ngeramein, pesan apaaaaa aza, pasti Keira layani.

Hahaha, beres, Jol. Bole ngutang....

^-^

__________________

logo min kecil

smile's picture

ESSPRESSO mu,...dan ESSPRESSO ku..

Seorang datang dan seorang pergi. singkat. ataupun lama sekali. Mungkin secangkir esspresso yang setia menemani. Saat masa lalu pergi, dan masa depan menanti, sangsi, apakah yang kucari.

cukupkah atau kusudahi? Adilkah, buat aku saat ini. Walau kadang airmata hendak menetes, mungkin secepat mungkin akan kuseka.Biar galau, dan bimbang...Atau hanya merasa kehilangan.

Waktu akan menentukan cerita.Tapi kenangan, terbias didalam secangkir esspresso. Sudahi malam, penat.dan lelah. Menatap jauh, kadang kosong. Ketika hening dia kembali,tapi ups.buyar, dan pudar lagi...

Mungkin secangkir esspresso, dan sebuah layar.. Pengalih bayang, walau tak bias. Satu pergi dan satu datang...

Cukupkah atau mampukah. Kadang rindu akan cerita, maupun keheningan...tapi sendiri, itu aku benci. Tak pernah aku sadari. kalo yang datng akan pergi. Aku senantiasa menutup mukaku dengan jari,yang rongga nya nampak begitu lebar.Untuk apa? Karena aku suka membohongi diriku sendiri.

Matahari akan selalu terbit dari Timur, tapi kadang aku membayangkan, mungkinkah matahari terbit dari sebelah barat, atau mungkinkah dia tak terbit untuk sehari saja.

Oh, No, No,No...it's not time to dream...waktu tidak bisa ku pause, ataupun hidup tak bisa seperti video.

Yang bisa kuputar berulang bagian yang kusuka, dan menghapus bagian yang tak kusuka.

Hanya saja sekali kuucapkan....Wake Up!

Hidup bukan lah video.like water...flow and flow and flow  and flow again.

Terlambatkah aku tersadar? atau hanyut dalam mimpi palsu? atau bisakah hidupku kubiarkan, dan tidurku tanpa mimpi?

Sesekali tidak....

suatu ketidakpastian kusambut hangat,...Hasil? NIHIL! dan sebuah kepastian kutinggal pergi, hasil? tidak...tak akan kubiarkan tetes itu menetes..tak setetes pun. Kering dan dangkal.

Menyesal?   Tidak, anugrah.   Apapun anugrah, bukan bencana.............. aku sadari.dan aku biarkan...lepas...membuka yang terkunci, dan membersihkan yang kotor...Siap? Siap untuk memulai...

Apakah saat ini? besok, lusa atau nanti?

kembali kukatakan, yang tertutup sudah dibuka, yang kotor sudah dibersihkan, berbekas? bisa hilang bersama lonceng...

CUKUP sudah!!!!!! Hidup, singkat, biarlah aku menikmati.....menikmati dengan semau hati....tidur lelap dengan mimpi indah,dan apapun yang terjadi, terimakasih,

untuk Tuhan, inilah curahan hatiku, malam ini. Dan kuakhiri saja galau gelisah, ataupun takut? hahahaha...tidak...tidak sama sekali.UntukMu Tuhan, inilah aku, hari ini.

 

Malam menjelang pagi

Hening....dan sunyi................2009

__________________

"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"

noni's picture

.......Dia beranjak dari

.......Dia beranjak dari kursinya. Membayar dan keluar. Begitu saja.

Meninggalkan perasaan kosong dihatiku, mau tidak mau, itu harus kuakui, itu yang kurasakan.
Aku tidak menyangka dia akan benar benar beranjak pulang......

 

Cewek memang aneh ya? 

Pas udah bener-bener ditinggalin, baru merasa bahwa kehadiran seseorang itu berarti.

Pokoknya Kei, jangan sampe kayak noni deh.... Ntar nyeseeeeellll, hehehe.
Ditunggu lanjutannya ya..jadi penasaran bakal jadi kayak apa hubungan Glass sama Kei. ^^
Kapan-kapan noni sempetin mampir deh buat bantuin Kei ngabisin yoghurt :)

__________________

smile's picture

100 % YES

CEWEK ANEH?

ABSOLUTELY YES

aDA DIcueKin.....

GAk Ada,...dipikirin,...

Pergi ditangisin...

MaraH diam...Laper Diam...semuanya serba ditahan,...sampai kentut pun, tidak pernah....

Pernah ga denger cewek KENTUT?

kalo sudah menikah dan punya anak,pasti sering...sebelum itu? aneh...dari kecil sampe gede, ga pernah denger cewe ngentut...

hahahahahahaaaaaa

Daripada bahas Penghuni neraka jahanam, dan suara surga yang ga jelas.....lebih baik bisa sedikit tertawa....dan menulis tentang kentut....

__________________

"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"