Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Corat-coret Iseng

anakpatirsa's picture

Jakarta

        "Siang ini kamu bisa ke Jakarta?"

        Kutatap ia. Aku jarang menatap langsung muka orang. Kali ini, apa yang ia tanyakan membuatku menatapnya heran. Hari sudah hampir siang, tetapi dengan seenaknya ia bertanya apakah aku bisa ke Jakarta siang ini. Aku memang tidak perlu ikut memikirkan tiket; aku memang tidak punya barang berharga yang bisa dicuri orang; dan aku memang tidak punya kucing yang harus diberi makan selama kutinggal pergi. Tetapi hanya orang sinting yang kalau ke Jakarta seperti mau berangkat membeli pisang goreng saja.

anakpatirsa's picture

Makhluk Manis di Malam Indah

        Aku tidak sedih, hanya kaget. Secepat itu? Tadi dokter memanggilku. Ingin kuprotes. Nenek ini datang bersama anak perempuan, menantu dan cucunya, mengapa aku yang dipanggil? Kuhibur diri, mungkin karena gayaku lebih mirip orang kota berduit. Ia berkata, "Ada infeksi di usus sehingga terdapat cairan asing di perutnya." Melihatku hanya diam, ia melanjutkan, "Saat ini kami hanya bisa mengatakan kondisi ibu ini sangat… sangat lemah."

anakpatirsa's picture

Perjalanan ke Teluk Bogam

        Kutempuh kilometer tambahan tanpa rencana. Hanya sebuah perjalanan spontan.

        Bosku berkata, "Kamu besok ke Lamandau, bisa?"

        Tentu bisa. Aku bisa berangkat besok, atau kapan pun. Aku tidak perlu minta izin siapapun. Aku bebas pergi kemana pun. Aku tidak punya binatang peliharaan yang harus diberi makan; aku tidak punya rumah yang harus ditunggui; dan aku tidak punya barang berharga yang bisa dicuri saat kutinggal pergi.

        Dan kemudian, di tengah perjalanan, aku berniat menghilang beberapa hari. Menghilang ke sebuah kampung tanpa ponsel dan internet.

anakpatirsa's picture

Flashdisk

        Seseorang mengetuk pintu.

        Kubiarkan saja.

        "Gimana kabarnya?" sapaku begitu kepalanya nongol sendiri di ruang tengah.

        "Biasa," jawabnya.

        Aku tahu. Aku juga cuma basa-basi, tidak enak tadi mengabaikannya di pintu. Entah kabar baik atau buruk, jawabannya pasti sama, "Biasa." Bahkan kalau pun ayahnya–kakak ayahku–meninggal, jawabannya juga sama, "Biasa."

anakpatirsa's picture

Another Abortion

        Suasana begitu cepat berubah. Si bungsu pendarahan sehingga harus menginap di klinik bersalin. Setelah tiga hari, walaupun lemah, janin selamat. Adikku boleh pulang, namun harus beristirahat total. Adik laki-lakiku ingin merayakannya dengan "bakar jagung". Tidak tanggung-tanggung, ia membeli sekarung jagung untuk tujuh orang. Baru habis setengah karung, adikku yang menonton kami makan mengeluh perutnya sakit lagi.

Pak Tee's picture

Kenapa kau melukaiku?

                Aku terluka. Ada sebilah pisau belati menusuk jantungku. Darah mengucur. Tapi aku tidak mati. Aku menggelepar. Seluruh tubuhku bergetar. Aku menangis. Tapi aku tidak terisak. Air mata itu tumpah begitu saja.

Pak Tee's picture

Apakah keperawanan itu perlu bagimu?

Lama aku tidak menjawab pertanyaan itu. Dia melanjutkan bertanya, “Menurut pendapatmu, seorang artis dengan status janda yang melakukan operasi selaput dara di luar negri, apakah ia bisa disebut perawan setelah selaput daranya kembali utuh?”

“Tidak!”

anakpatirsa's picture

Cotton Buds 3

        Aku masuk rumah sakit. Gara-gara cotton buds. Tepatnya, gara-gara cotton buds merk lokal-Borneo Cotton Buds-tertinggal di kedua lubang telingaku.

anakpatirsa's picture

Aku Memancing

        Aku pergi memancing.

        Gara-gara setiap sore kulihat tongkat pancing berseliweran sepanjang jalanan kota.

        Aku pergi ke toko alat pancing. Kubeli yang sangat praktis. Tidak perlu kupamerkan tongkat sepanjang lima meter, aku hanya perlu membuat ujungnya menyembul dari dalam tas.

anakpatirsa's picture

SIM

Polisi itu seperti barang, dicari nggak ada, nggak dicari nongol sendiri.

anakpatirsa's picture

Dio

Hampir setahun aku menghabiskan waktu bersamanya. Awalnya ia pasti mengira aku hanya tamu yang datang ke rumah orang tuanya, muncul begitu saja, menghilang begitu saja, lalu satu-dua tahun kemudian muncul lagi. Ia salah, tamunya kali ini datang setiap hari, menonton televisi sambil membaca koran sampai ibunya berkata, "Makan dulu." Lalu pergi. Untuk muncul di waktu yang sama esoknya lagi.

Viesnu's picture

Pojok Warung

Orang - orang pada pake batik, dalam rangka penetapan batik sebagai warisan budaya dari indonesia oleh UNESCO.

Wah...nanti kalo koteka ditetapkan juga, nanti pada pake..?!?!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Selama Labaran telah memakan korban korban jiwa sekitar 500an orang pemudik .

Ini idul fitri apa idul kurban.

anakpatirsa's picture

Dari CCTV ke Maling Bugil sampai Komputer

Sering kulihat tingkah maling yang tidak menyadari kamera tersembunyi sedang menyorotinya. Ada satpam bertopeng yang menggarap tokonya sendiri tanpa berganti seragam. Juga ada maling yang bolak-balik kebingungan, tidak bisa keluar karena membuka pintu ke arah yang salah. Ini tingkah polah maling luar negeri. Di negeriku, ada maling yang bertelanjang bulat karena percaya ilmu tidak kelihatan yang ia miliki baru ampuh bila sedang tidak mengenakan sehelai pakaianpun.

anakpatirsa's picture

Sepotong Cinta di Stasiun Tugu

Sejak tadi, Pak tua itu sudah memperhatikan sepasang kekasih yang duduk dekat pintu masuk ruang tunggu. Menunggu Argo Lawu yang sebentar lagi singgah dalam perjalanannya dari Solo ke Jakarta. Ia tadi mendekati mereka, menawarkan dagangannya. Si cowok memberi isyarat dengan tangan, Jangan ganggu kami. Si gadis hanya menoleh sekilas, diam seribu bahasa.

anakpatirsa's picture

My Girls

Kita berteman saja, Aku sudah punya pacar, Kuanggap kakak itu kakakku. Kalimat itu bertujuan mengurangi rasa sakit. Mereka tidak berani berkata, Maaf, kamu sudah tereliminasi, Kamu bukan tipeku, atau Lihat cermin dong. Penolakan itu terlalu sopan, tetapi buku harian pun tidak mampu menampung keluh kesah.  Jawaban itu selalu berakhir dengan pertanyaan, Setelah ini kamu masih mau berteman denganku, kan?

anakpatirsa's picture

Residen yang Tidak Pernah Terlambat

Banyak yang bisa kudapati dari sebuah majalah tua. Sejak dulu aku memang terbiasa membaca buku atau majalah jenis ini. Aku juga menyukai baunya, ini juga yang menjadi alasanku membeli lima majalah tua tahun 70-an yang bahkan sudah tidak terbit lagi. Harganya seribu per majalah. Jadi, dengan lima ribu rupiah, aku mendapat lima majalah "PRIMA"--di pasar loak buku tentunya. Lumayan! Ketika membaca edisi Januari 1978, aku menemukan sebuah artikel pendek yang cukup menarik. Sebenarnya bukan artikel, hanya sejenis tulisan kecil pengisi halaman kosong. Judulnya "Residen yang Tak Pernah Terlambat".

anakpatirsa's picture

Wanita

Sulit kumengerti alasannya marah. Kalau bukan dia yang tadi bercerita tentang kejengkelannya pada Si Treni, aku bisa sedikit lebih mengerti. Aku benar-benar bingung. Lima menit lalu, dengan penuh kejengkelan, ia mengata-ngatai perempuan itu. Tetapi sekarang ia membelanya. Tadi aku tidak mengatakan wanita kerjanya hanya lahir, besar, kawin lalu melahirkan. Tidak! Tadi aku hanya berkata, isi otak temannya itu seperti isi otak sebagian wanita purba. Kira-kira seperti itu, dan akupun tidak akan berani berkata demikian jika ia tidak menceritakan tingkah perempuan yang menjengkelkannya itu.